Ingat Ayah di Senam Puasa

Oleh Dahlan Iskan

Ingat Ayah di Senam Puasa
Dahlan Iskan. Foto: dok/JPNN.com

Kelak, ketika di usia tua saya memutuskan belajar bahasa Mandarin, saya ingat itu. Saya paksakan harus bisa membaca huruf kanji meski awalnya tidak tahu artinya.

Sehabis buka puasa, sampai malam, waktu ayah habis untuk ibadah. Ayahlah imam salat Tarawih. Di kampung saya hanya ayah yang hafal ayat-ayat Quran sebanyak yang diperlukan untuk salat Tarawih.

Di luar bulan puasa, ayah kembali ke sawah di malam hari. Di bulan puasa waktunya habis di masjid. Termasuk mengawasi kami-kami yang masih anak-anak. Agar tetap dalam grup di sekeliling meja di tengah masjid. Membaca Quran sampai larut malam.

Sayalah ketua grup anak-anak itu. Sebelum remaja. Saat saya harus meninggalkan kampung untuk ke Pesantren Takeran, Magetan, 6 km dari kampung saya.

Sosok ayah yang pekerja keras itu terpatri kuat di benak anaknya. Sampai sekarang. Tidak bisa hilang.

Kalau tahu olahraga itu bisa menyehatkan, mengapa Pak Dahlan tidak sejak dulu-dulu olahraga?

Ya…., itulah. Waktu itu saya pun seperti Anda sekarang ini. (*)


Di bulan puasa ini peserta senam saya menurun drastis. Dari 50 tinggal 15 orang. Untung saya tidak memungut bayaran. Tidak perlu takut pendapatan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News