Ini Freeport, Bung...

Ini Freeport, Bung...
Penandatanganan kontrak Freeport di Departemen Pertambangan, Jakarta, April 1967. Pihak pemerintah Indonesia diwakili Menteri Pertambangan Ir. Slamet Bratanata. Freeport diwakili Presiden Freeport Shulpur, Robert C. Hills dan Presiden Freeport Indonesia, Forbes K. Wilson. Peristiwa bersejarah ini disaksikan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Marshall Green. Foto: The Netherlands National News Agency (ANP).

Sembari minum teh, dua sekondan lama itu, larut dalam perundingan soal prinsip hidup masing-masing. 

Aidit mengedepankan soal kemandirian ekonomi nasional. Tahija berpikiran lain.

"Orang-orang yang percaya pada usaha swasta seperti saya punya rasa tanggung jawab yang besar," sahut Tahija. 

Mereka beradu argumen. Berselisih paham. Pun demikian, tetap saling sanjung.

"Ia (Aidit--red) memuji pengetahuan saya mengenai retorika kapitalis," kenangnya.

Tahija melanjutkan. "Aidit dan saya tahu bahwa kami mempunyai ideologi yang berbeda, dan salah satu di antara ideologi kami akan menguasai negeri ini."

Sebelum berpisah, dua kawan lama pun "bertaruh". Salah satu di antara keyakinan mereka akan lenyap sebelum perdebatan itu berakhir. 

G30S

FREEPORT perusahaan pertama yang masuk Indonesia seiring terbitnya Undang-Undang Penanaman Modal Asing No 1/1967. Bung Karno meneken undang-undang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News