Ini Freeport, Bung...

Ini Freeport, Bung...
Penandatanganan kontrak Freeport di Departemen Pertambangan, Jakarta, April 1967. Pihak pemerintah Indonesia diwakili Menteri Pertambangan Ir. Slamet Bratanata. Freeport diwakili Presiden Freeport Shulpur, Robert C. Hills dan Presiden Freeport Indonesia, Forbes K. Wilson. Peristiwa bersejarah ini disaksikan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Marshall Green. Foto: The Netherlands National News Agency (ANP).

Februari 1966, Julius Tahija menyambut kedatangan para eksekutif Freeport di Jakarta. "Saya menolong mereka," tulis Julius Tahija. 

Dikisahkah, saat itu Freeport bersaing ketat dengan perusahaan tembaga dari Perancis. Perusahaan itu meminta Kedutaan Perancis melobi pemerintah Indonesia. 

Tahija pun mematahkan ini. "Kalau mereka memang bagus, mengapa memerlukan dukungan pemerintahnya? Seharusnya hubungan bisa dilakukan secara bisnis saja," kata Tahija kepada anggota kabinet, tanpa menyebut nama.

Seiring itu dia mengangkat-angkat PT Freeport dengan segala macam pengalamannya.

Kerisauan Dewan Komisaris Freeport tentang pemerintah Indonesia yang anti-modal asing juga terpecahkan. 

Menyusul peristiwa G30S, Bung Karno goyang. Para pendukungnya berguguran. Ada yang mati, banyak yang dikerangkeng. 

Dalam keadaan "tak berdaya", 10 Januari 1967, Si Bung menandatangani Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) No 1/1967. 

Selamat datang modal asing...

FREEPORT perusahaan pertama yang masuk Indonesia seiring terbitnya Undang-Undang Penanaman Modal Asing No 1/1967. Bung Karno meneken undang-undang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News