Ini Penilaian Sejarawan soal Istilah Pribumi di Pidato Anies

Ini Penilaian Sejarawan soal Istilah Pribumi di Pidato Anies
Gubernur DKI Anies Baswedan saat menyampaikan pidato perdananya di Balai Kota Jakarta, Senin (16/10) petang. Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com - Sejarawan Universitas Indonesia (UI) M Wasith Albar mengatakan, pidato Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebut istilah ‘pribumi’ tak bisa dilepaskan dari konteksnya. Menurutnya, pidato Anies usai dilantik sebagai gubernur DKI itu bukan dalam konteks mendikotomikan antara pribumi dengan nonpribumi.

Wasith menjelaskan, Anies menyebut istilah ‘pribumi’ dalam pidatonya karena konteksnya adalah zaman kolonial. "Tidak ada kata-kata pribumi dan nonpribumi,” ujar Wasith seperti diberitakan JawaPos.Com.

Bahkan, Anies menggunakan peribahasa Madura untuk melengkapi pidatonya. Yakni itik se atellor, ajam se ngeremme yang artinya itik yang bertelur, ayam yang mengerami.

Peribahasa itu sebagai gambaran tentang kerja keras seseorang justru dinikmati atau dimanfaatkan orang lain. “Istilah peribahasa Madura itu hanya metafora," kata Wasith.

Lebih lanjut Wasith menjelaskan era penjajahan Belanda yang membagi masyarakat ke dalam tiga kelompok. Yakni warga Barat, Timur Asing yang terdiri dari keturusan Arab dan Tiongkok, serra Bumiputra yang juga bermakna pribumi atau inlander.
Wasith pun menilai pidato Anies yang menyebut istilah pribumi bukan dalam arti segregasi model penjajah kolonial. Apalagi, katanya, Anies tidak menyebut etnis tertentu.

"Dalam pidato Anies sendiri tidak mengatakan suku atau etnis tertentu. Tapi semangatnya dia ambil pada saat Indonesia merdeka dari Belanda yang merupakan kolonialis dan nonpribumi. Istilah ini diperkuat oleh Belanda sendiri saat berkuasa di nusantara dengan membuat diskriminasi tiga lapisan" kata Wasith.

Seperti diketahui, pidato Anies memicu polemik karena menyebut istilah pribumi. Mantan menteri pendidikan dan kebucayaan itu mengajak rakyat Jakarta untuk bangkit.

"Jakarta adalah satu dari sedikit tempat di Indonesia yang merasakan hadirnya penjajah dalam kehidupan sehari-hari selama berabad-abad lamanya. Rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan oleh kolonialisme. Kini telah merdeka, saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri," ujar Anies dalam salah satu bagian pidatonya.(ika/ce1/JPC)


Sejarawan M Wasith Albar mengatakan, pidato Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebut istilah pribumi bukan untuk dikotomi dengan kelompok nonpribumi.


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News