Inilah Sajak Perang Oom Prabowo Subianto

Inilah Sajak Perang Oom Prabowo Subianto
Subianto Djojohadikusumo dan adiknya Sujono Djojohadikusumo. Foto: Public Domain.

Nah, saat itulah dari kantong baju jasad Subianto ditemukan selarik puisi karya Henriette Roland Holst—penyair perempuan Belanda sahabat Bung Hatta. 

wij zijn de bouwers van de temple niet/wij zijn enkel de sjouwers van de stenen/wij zijn het geslacht dat moest vergaan/opdat een betere oprijze uit onze graven

Terjemahan bebasnya: 

"…kami bukan pembangun candi/kami hanya pengangkut batu/kamilah angkatan yang mesti musnah/agar menjelma angkatan baru/di atas kuburan kami telah sempurna.”

Margono Djojohadikusumo yang hadir dalam kesempatan itu berkisah, anaknya (Subianto) memang punya kebiasaan mengarang dan mengumpulkan berbagai macam sajak dari segenap penjuru dunia. 

“Seluruh sajak tersebut merupakan refleksi dari falsafah kehidupan Subianto selama ini,” kata Margono yang kehilangan dua putranya dalam peristiwa itu. Selain Subianto yang kala itu berusia 21 tahun, juga Soejono Djojohadikusumo yang berusia 16 tahun.

Kini, puisi yang dikantongi Oom-nya Prabowo Subianto itu terukir di pintu gerbang Taman Makam Pahlawan Taruna, Tangerang. Ia mencerminkan pandangan jiwa, suasana batin anak muda di zaman perang. (wow/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News