Insentif Pemerintah untuk Industri Berbasis Ekspor Masih Rendah
Memang, industri pengolahan sudah menunjukkan tanda-tanda bergeliat ditandai dengan peningkatan impor bahan baku dan penolong Maret lalu.
’’Namun, daya saing produk olahan kita masih rendah. Hal itu yang sulit bagi kita,” urainya.
Untuk itu, Kadin meminta adanya konsistensi kebijakan dan insentif dari pemerintah.
Sebab, bagi sektor industri terutama yang berbasis ekspor, insentif dari pemerintah dinilai masih kurang.
’’Banyak hal, seperti industri yang didorong agar ada penghiliran di dalam negeri. Tetapi di tengah jalan ekspor barang mentahnya dibuka kembali. Padahal, kita tahu harga produk mentah itu justru rawan terguncang secara global,” bebernya.
Hal tersebut tecermin dari catatan ekspor industri pengolahan yang sepanjang kuartal I 2019 masih terkoreksi 6,61 persen secara YOY menjadi USD 29,92 miliar.
Disinggung mengenai upaya peningkatan kapasitas industri, Kadin menilai peningkatan kapasitas industri tidak secara langsung dapat berdampak pada kenaikan ekspor. Sebab, prosesnya membutuhkan waktu. (agf/c17/oki)
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan Internasional dan Investasi Indonesia Shinta Kamdani optimistis target pertumbuhan ekspor nonmigas delapan persen bisa tercapai.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Bea Cukai Dorong Ekspor UMKM Lewat Kolaborasi dengan Pemda
- Bea Cukai Optimalkan Pelayanan & Pengawasan KITE di Banten Lewat Aplikasi SIAP KABAN
- Lewat Sinergi dan Asistensi, Bea Cukai Dorong Potensi UMKM di Berbagai Daerah
- Pj Gubernur Agus Fatoni Gandeng Kadin untuk Genjot Realisasi Gerakan Serentak di Sumsel
- Kolaborasi Kemendag dan BEDO dalam Program Ekspor NEXT
- Dorong Produk Lokal Go Internasional, Bea Cukai Lakukan Asistensi pada UMKM