Integrasi Mata Rantai Produksi demi Kedaulatan Pangan

Moeldoko menambahkan, masalah pertanian bukan saja berhenti pada tahap on farming (budi daya), namun juga sampai pada tahap pascapanen.
Dia mencontohkan petani sayur yang membawa hasil produknya ke pasar dengan cara diduduki atau ditiduri dalam perjalanan. Cara ini tentu mengurangi mutu produk.
Pada kondisi inilah perempuan HKTI harus memberi pembelajaran yang baik. “Kehadiran kalian harus memberi added value lewat peningkatan kualitas, branding, dan akses pasar,” terang Moeldoko.
Selain itu, masih banyak petani kelapa yang berpikir menjual kelapa. Padahal, ada banyak produk unggulan derivatif dari kelapa seperti virgin coconut oil, arang, dan sabut.
“Hal-hal seperti ini lebih dieksploitasi. Penyelesaian masalah petani harus kita selesaikan dari ujung ke ujung,” kata Moeldoko.
Oleh karena itu, lanjut Moeldoko, HKTI perlu menggali kembali kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber pangan yang telah dikonsumsi turun-temurun seperti sagu di Papua. (jos/jpnn)
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mengatakan, kedaulatan pangan mesti dicapai dengan mengintegrasikan mata rantai produksi.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Stok Bulog Selama 4 Bulan Capai 3,5 Juta Ton, Terbesar Sejak Indonesia Merdeka
- Gegara Rekor Inflasi Rendah, Pemerintah Klaim Swasembasa Pangan Bakal Sukses
- Promosikan Hasil Riset GRS BPDP, AII: Bisa Dihilirisasi Petani dan UMKM
- Kolaborasi BULOG-Pupuk Indonesia Saat Panen Raya, Petani Langsung Beli Pupuk Sesuai HET
- Asuransi Jasindo Beri Perlindungan Kepada 4,5 Juta Petani & Salurkan Klaim Rp386 Miliar
- HKTI dan PKTHMTB Bersiap Menanam Sorgum Seluas 100 Hektare