Interpreter Andalan Pemkot Surabaya Farah Andita Ramdhani

Tolak Gaji Lebih Besar karena Ingin Mengabdi

Interpreter Andalan Pemkot Surabaya Farah Andita Ramdhani
PENGALIH BAHASA: Farah Andita diangkat sebagai PNS sejak 2014 di bagian kerja sama luar negeri Pemkot Surabaya. Foto: Juneka/Jawa Pos

Terkadang, dia sebenarnya mengerti istilah tersebut secara langsung, tapi saat ingin diucapkan tidak mau keluar. Biasanya kondisi seperti itu terjadi saat kelelahan melanda. Dia menjadi penerjemah sejak pagi hingga sore secara terus-menerus.

Pernah suatu hari dia menjadi interpreter saat Risma bertemu dengan tamu asing. Pokok bahasan berkaitan dengan aplikasi keuangan yang dimiliki Pemkot Surabaya. Namanya e-budgeting. Aplikasi itu digunakan untuk perencanaan anggaran di lingkungan internal pemkot. Sempat tertukar kata expenditure (pengeluaran) dengan revenue (pendapatan). ”Bu Risma langsung membenarkan itu,” katanya tersipu malu.

Pernah pula suatu ketika dalam forum internasional, Farah miskomunikasi. Dia sudah kadung terbiasa mendengarkan Risma memaparkan konsep secara utuh, baru setelah itu diterjemahkan.

Tapi, saat itu baru satu kalimat, Risma berhenti berbicara. Biasanya satu paragraf baru berhenti berbicara untuk kemudian diterjemahkan. Farah pun diam saja. ”Sampai Bu Risma panggil saya, Mbak agak keras. Baru saya terjemahkan satu kalimat itu,” tambahnya.

Yang selalu dia ingat, pada saat menjadi interpreter dalam pertemuan wali kota Surabaya dengan tamu-tamu dari negara lain, pasti ada yang baru. Risma kerap mengungkapkan gagasan terkini terkait dengan kota. Mulai transportasi, lingkungan, hingga kondisi perekonomian. ”Menunggu-nunggu nanti akan ngomong apa lagi ya,” ujar Farah.

Sejauh ini Farah memang selalu menjadi andalan dalam setiap pertemuan pemkot dengan tamu dari luar negeri. Itulah yang membuat dia diajak ke mana-mana bila pemkot punya acara khusus yang berkaitan dengan diplomasi kota. Itu pula yang membuat dia bangga dengan posisinya saat ini.

Dia juga pernah mendapat pujian dari Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol. Bahkan, dia ditawari untuk bekerja di kedutaan.

Namun, Farah menolak. Dia sudah betah bakerja di pemkot. Dia pernah diajak ke Jerman dan berada dalam satu ruangan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel. ”Kalau bukan sebagai interpreter di pemkot, mungkin saya tidak bisa ke luar negeri,” kata perempuan yang kini dalam tugasnya sudah mempunyai satu rekan kerja baru itu. Sebelumnya, dia memang bertugas sendirian.

Farah Andita Ramdhani adalah salah seorang di balik layar hubungan baik Surabaya dengan kota-kota di luar negeri. Dia punya peran penting sebagai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News