Investor Pilih Padat Modal

Investor Pilih Padat Modal
Investor Pilih Padat Modal

jpnn.com - JAKARTA - Aksi demonstrasi yang sering dilakukan para buruh dalam menyampaikan aspirasinya setiap 1 Mei (Hari Buruh) ditanggapi negatif oleh investor.

Saat ini makin banyak pengusaha yang lebih memilih menggunkan mesin serta mengurangi pemakaian tenaga kerja manusia.
       
"Jumlah penduduk sejak sepuluh tahun terakhir terus meningkat tanpa terhambat program keluarga berencana (KB). Seangkan jumlah penyerapan tenaga kerja di dalam negeri cenderung menurun. Ini bisa menjadi masalah krusial di masa mendatang," ujar Ketua Umum Kadin Suryo B. Sulisto di Kementerian Perindustrian kemarin (30/4).

Menurut Suryo, fenomena ini menjadi berbahaya jika iklim investasi tidak dijaga dengan baik. Banyaknya kebijakan yang kontraproduktif serta maraknya demonstrasi buruh membuat investasi bergeser dari industri yang padat karya (banyak pekerja) menuju ke padat modal (banyak mesin). "Kalau tren tersebut berlanjut akan sangat berbahaya," ungkapnya.
       
Jika pengusaha lebih memilih menggunakan mesin, penyerapan tenaga kerja menjadi minin. Akibatnya, proyeksi ingin menciptakan setiap satu persen pertumbuhan ekonomi menyerap 400 ribu tenaga kerja tidak akan tercapai.

"Pada 2013 sudah terlihat bahwa pertumbuhan setiap satu persen hanya mampu menyerap 180 ribu atau 45 persen dari proyeksi ideal," sebutnya.
       
Dilihat dari aspek ketenagakerjaan, mutu investasi di Indonesia cenderung menurun. Karena itu, pihaknya berharap pemerintah bijak dalam mengantisipasi kemungkinan itu.

"Selama struktur perekonomian Indonesia belum berubah dari pola ekspor komoditas sumber daya alam, kita akan menghadapi bencana pengangguran yang serius," tambahnya.
       
Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015, Indonesia tak perlu berandai-andai tentang sumber daya manusia. Sebab, angkatan kerja di Indonesia hampir 50 persen hanya lulusan sekolah dasar (SD).

"Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengemas sumber daya manusia yang jumlahnya sedikit tapi memiliki keunggulan dan produktivitas tinggi," tegasnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi meminta penyampaian aspirasi buruh tidak perlu dilakukan melalui aksi demonstrasi. Bagi dia, rasa saling percaya yang seharusnya tetap ada bisa mendorong penyelesaian perbedaan pendapat melalui musyawarah bipartit. "Perusahaan dan pekerja harus tetap memiliki trust satu sama lain," katnya.

Dia menilai, permintaan buruh di hari buruh internasional besok terbilang normative. Yaitu kenaikan upah minimum 2015 sebesar 30 persen dan meminta kenaikan jumlah Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dari 60 menjadi 84 item. Lalu  mendesak hapus outsourcing, jaminan kesehatan dan pensiun buruh, serta tolak penangguhan upah.

JAKARTA - Aksi demonstrasi yang sering dilakukan para buruh dalam menyampaikan aspirasinya setiap 1 Mei (Hari Buruh) ditanggapi negatif oleh investor.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News