Irama Record, Babad Alas Industri Musik Indonesia

Irama Record, Babad Alas Industri Musik Indonesia
Sampul album piringan hitam Irama Record. Foto: Public Domain.

Suyoso Karsono menyulap garasi rumahnya di Jl. Gereja Theresia, Menteng, Jakarta Pusat, menjadi studio musik. 

“Garasi itu berukuran dua kali tiga meter persegi,” tulis Deded Moerad dalam buku Jazz Indonesia.

Kala itu tahun bertarekh 1952. Mula-mula, Oom Yos bermusik bersama keluarga dan kawan-kawannya. 

Seiring berjalan waktu, studio yang berlokasi persis di belakang Sarinah itu, terus dilengkapi. Dan pada 1954, didirikanlah Irama Record di garasi itu. 

Oom Yos--demikian dia biasa disapa--berusia 33 tahun ketika mendirikan Irama Record. Dia lahir di Tanjungpandan, Bangka, 18 Juli 1921. 

Di awal kiprahnya, Irama Records memproduksi album Sarinande (1956) buah karya The Progressief, band jazz yang digawangi Nick Mamahit (piano), Dick Abel (gitar), Dick van der Capellen (drum) dan Max van Dalm (bass). 

Album piringan hitam yang mengalunkan musik intrumentalia itu cukup mendapat tempat di hati pendengar. 

Kemudian, Irama Records tak henti-henti menelorkan album. 

JIKA ada yang bilang sejarah industri musik Indonesia dipelopori Lokanta, itu tidak benar. Pada akhir 1920, sudah ada Thio Tek Hong di Batavia. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News