Ironis! HP Mahal, Mobil Bagus, tapi Masih Beli CD/DVD Bajakan

Ironis! HP Mahal, Mobil Bagus, tapi Masih Beli CD/DVD Bajakan
Ilustrasi. Foto: dok/JPG

Kompetitif ditunjukkan membeli produk yang lebih mewah dibanding lingkungan sosial mereka. Merek merupakan indikator kejayaan. Ironisnya mereka yang emotional benefit oriented itu menjadi berubah perilakunya ketika membeli CD/DVD. 

“Mereka membeli tas bermerek, HP mahal, mobil bagus namun CD/DVD nya bajakan. Sebuah kombinasi tidak konsisten yang secara fakta terjadi di hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” papar Firsan.

Riset yang dilakukan Firsan semakin menarik mengingat beberapa narasumber risetnya ternyata berprofesi sebagai guru, rohaniawan, karyawan swasta yang sepatutnya memiliki standar moral dan pendidikan yang tinggi dan sadar mengonsumsi CD bajakan merupakan produk yang sama haramnya dengan prostitusi, narkoba atau produk-produk yang dilarang negara. 

“Bila orang mengonsumsi narkoba tampak bersalah dan melanggar hukum, rasanya kita belum sampai pada level pemahaman yang sama bagi pembeli produk bajakan, ada masalah kesadaran dan moral,” tegasnya. 

Dengan kata lain jika ada peningkatan kualitas moral akan berdampak pada turunnya pembelian produk bajakan. Artinya moralitas merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi niat konsumen dalam membeli CD atau DVD bajakan.

Firsan menyatakan penanggulangan masalah produk bajakan haruslah melibatkan empat pihak yaitu negara yang diwakili oleh penegak hukum, konsumen, penjual CD/DVD bajakan dan produsen CD/DVD bajakan. 

“Aparat harus melakukan sosialisasi dan menjalankan penegakan hukum. Sementara masyarakat harus membiasakan diri membeli produk asli yang berdampak pada penerimaaan negara berupa pajak yang akan kembali pada masyarakat,” ujar Firsan.

Sementara terhadap pihak penjual CD/DVD bajakan, pemerintah berkewajiban untuk mengedukasi dan menegakkan hukum sehingga mereka tidak lagi menjual CD bajakan. 

JAKARTA - Faktor utama maraknya produk bajakan yang menyebabkan kerugian besar bagi pelaku seni dan pendapatan negara masih bernama rendahnya moral

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News