Israel Isyaratkan Kekerasan di Gaza Tak Akan Berakhir dalam Waktu Dekat

Israel Isyaratkan Kekerasan di Gaza Tak Akan Berakhir dalam Waktu Dekat
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: Times of Israel

Hampir 450 bangunan di Gaza yang berpenduduk padat telah hancur atau rusak parah, termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan utama, dan lebih dari 52.000 warga Palestina telah mengungsi, kata badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Israel, yang menuding Hamas dalam pertempuran terbaru, mengklaim telah mengeluarkan peringatan untuk mengevakuasi bangunan yang akan ditembaki dan hanya menyerang apa yang dianggap sebagai target militer.

"Kami mencoba menargetkan mereka yang menargetkan kami. Dengan ketelitian tinggi," kata Netanyahu kepada para dubes asing.

"Seperti halnya operasi pembedahan, bahkan di ruang bedah di rumah sakit Anda tidak memiliki kemampuan untuk mencegah kerusakan tambahan di sekitar jaringan yang terkena dampak. Bahkan Anda tidak bisa. Dan tentunya dalam operasi militer Anda tidak bisa," ujar Netanyahu, membenarkan serangan Israel.

Hamas mulai menembakkan roket sembilan hari lalu sebagai pembalasan atas apa yang dikatakannya sebagai pelanggaran hak yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem selama bulan Ramadhan.

Serangan roket itu dilancarkan menyusul bentrokan antara polisi keamanan Israel dengan jamaah di Masjid al-Aqsa di Yerusalem, dan kasus pengadilan oleh pemukim Israel untuk mengusir warga Palestina dari lingkungan di Yerusalem Timur yang dicaplok Israel.

Bentrokan kali ini adalah yang paling serius antara Hamas dan Israel selama bertahun-tahun, dan, berbeda dari konflik Gaza sebelumnya, telah membantu memicu kekerasan jalanan di kota-kota Israel antara orang Yahudi dan Arab.

Peran utama Hamas dalam menghadapi Israel atas Yerusalem, sebuah masalah yang beresonansi dengan banyak orang Palestina, menjadi tantangan bagi saingan utamanya, Presiden Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat, yang bulan lalu membatalkan pemilihan parlemen di mana kelompok itu tampaknya akan memperoleh keuntungan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menyebutkan tentang penghentian pertempuran dalam sambutan publik pada pengarahan kepada duta besar asing

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News