Istilah Janda Jadi Bahan Candaan, Komunitas Ini Meradang

Istilah Janda Jadi Bahan Candaan, Komunitas Ini Meradang
Member komunitas Save Janda. Foto: dok. pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Myrna Soeryo, praktisi humas, content creator isu pemberdayaan perempuan turut prihatin mengetahui ada figur publik yang menggunakan istilah janda untuk menarik perhatian di media sosial.

Ia mengatakan bahwa janda seolah menjadi kata sakti agar dapat meraih popularitas dari penghuni dunia maya.

Tanpa mempedulikan stigma negatif yang terbentuk, serta makin membebani mental seorang janda dalam menjalani hidupnya.

“Kalau merujuk kepada KBBI, kata janda hanyalah sebuah status dan tidak ada makna negatif. Namun, karena pandangan misogini serta tatanan sosial patriaku, kata janda banyak dilekatkan dengan padanan kata yang bermakna negatif, sehingga membentuk persepsi tidak baik di masyarakat,” kata Myrna Soeryo, dalam keterangan tertulis, Kamis (2/7).

Co-founder komunitas Save Janda ini menambahkan, sudah saatnya masyarakat menghentikan pembentukan stigma negatif terhadap kata janda.

Sebab, banyak janda-janda muda di daerah yang kesulitan mencari nafkah akibat stigma negatif tersebut.

“Dagangannya menjadi tidak laku hanya karena ia berstatus seorang janda. Atau ia dijauhi oleh tetangga-tetangga perempuannya, karena takut suaminya bakal direbut karena janda dianggap sebagai pelakor (perebut laki orang),” ungkapnya.

Sebelumnya, dunia maya dihebohkan dengan cuitan akun Twitter milik penulis buku non-fiksi, Henry Manampiring, @newsplatter.

Istilah janda kerap dijadikan bahan candaan dan dilekatkan dengan padanan kata yang bermakna negatif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News