Jabat Sekum, Jatah Poros Jogja

Jabat Sekum, Jatah Poros Jogja
Jabat Sekum, Jatah Poros Jogja
JOGJA -- Polarisasi poros Jakarta dan Jogja belum bisa hilang dari stigma Muhammadiyah. Pemilihan ketua umum (Ketum) dan sekretaris umum (Sekum) pun diwarnai rivalitas dua kubu itu.

Setelah Din Syamsuddin terpilih menjadi ketua umum, penentuan pengisi jabatan Sekum alot dalam rapat internal pertama yang diikuti 13 anggota PP terpilih. Muncul pula usul agar pos strategis tersebut ditempati Abdul Mu"ti, mantan ketua PP Pemuda Muhammadiyah. Namun, itu menjadi persoalan karena Mu"ti lebih sering berada di ibu kota.

Di sisi lain, muncul nama Agung Danarta, ketua PWM Jogja, sebagai calon Sekum. Karena Din sudah tinggal di Jakarta, Sekum diserahkan kepada Agung dari poros Jogja.  Agung menggantikan Rosyad Sholeh yang tidak maju dalam pencalonan. "Sebetulnya, bukan tradisi. Karena ketua umum lebih sering tinggal di Jakarta, mayoritas formatur menghendaki saya menggantikan Pak Rosyad," ujar Agung di sela-sela pelaksanaan muktamar kemarin (8/7).

Dosen UIN Sunan Kalijaga, Jogja, yang berusia 42 tahun itu menilai, menjaga gawang kesekretariatan bakal lebih gampang jika berdomisili tidak jauh dari sekretariat. Apalagi, Agung yang berasal dari Kulon Progo itu tinggal di Jogja. Di antara 13 formatur, hanya Agung dan Mu"ti yang berumur 42 tahun. Sedangkan sebelas calon lain berusia di atas 50 tahun. "Atas saran yang senior, saya dianggap bisa menertibkan rapat," ujar doktor lulusan UIN Sunan Kalijaga itu.

JOGJA -- Polarisasi poros Jakarta dan Jogja belum bisa hilang dari stigma Muhammadiyah. Pemilihan ketua umum (Ketum) dan sekretaris umum (Sekum)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News