Jabodetabek Dilanda Krisis Tahu-Tempe

Perajin Kedelai Stop Produksi Sampai Jumat

Jabodetabek Dilanda Krisis Tahu-Tempe
MOGOK PRODUKSI TEMPE : Bapak Tasmadi, seorang pembuat tempe, sedang memperlihatkan hasil olahan tempenya yang sudah jadi di Daerah Kampung Rawa Ps. Gembrong, Jakarta Pusat, Selasa (24/07). Dia mengaku semua pembuat/pabrik tempe se-Jabotabek sepakat untuk tidak dulu memproduksi tempe karena bahan kedelai mahal dan kemungkinan mulai besok tempe sudah tidak ada di pasar selama beberapa hari. FOTO : KHAIRIZAL ANWAR / RAKYAT MERDEKA
BOGOR- Jika masyarakat Eropa tengah merasakan krisis ekonomi, masyarakat di Indonesia justru sedang merasakan krisis tahu-tempe. Ya, belakangan ini, dua panganan rakyat nan kaya protein tersebut semakin sulit dicari.

Sekali pun ada, harganya melangit. Krisis tahu-tempe di pasaran terpicu oleh aksi mogok produksi dan memasarkan yang dilakukan perajin kedelai seluruh Indonesia, sejak 25-27 Juli 2012. Bahkan, aksi mogok produksi tempe di DKI Jakarta sudah dimulai sejak Senin (23/7).

Aksi tersebut dilatarbelakangi ketidakmampuan pemerintah menahan laju kenaikan harga kedelai selama dua pekan terakhir. Perajin tahu dan tempe sangat merasa tercekik dengan kenaikan harga kedelai yang sebelumnya Rp5 ribu, menjadi Rp 8 ribu per kilogram (kg). Atau sebesar 35-40 persen dari harga sebelumnya.

Sementara untuk kedelai kualitas bagus atau super, harga per kilonya saat ini bisa mencapai Rp10 ribu. Ketua Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia (Koptti) Jakarta Selatan, Sutaryo mengatakan, ada sebanyak 23 ribu perajin tahu dan tempe di Jabodetabek yang melakukan aksi stop produksi.

BOGOR- Jika masyarakat Eropa tengah merasakan krisis ekonomi, masyarakat di Indonesia justru sedang merasakan krisis tahu-tempe. Ya, belakangan ini,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News