Jalan Memutar

Oleh: Dahlan Iskan

Jalan Memutar
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Jadi, semua itu ternyata benar-benar hanya menyangkut definisi vaksin. Bukan lagi soal bisa atau tidaknya menumbuhkan imunitas.

Bahwa konvalesen maupun dendritik bisa menumbuhkan imunitas tidak ada yang membantah. Hanya saja tidak boleh disebut vaksin.

Ahli virus seperti Prof Dr Choirul Anwar Nidom sangat mendukung Vaksin Nusantara. Bahkan Prof Nidom menilai lewat proses Vaksin Nusantara lebih bagus daripada lewat konvalesen.

"Prinsipnya sih mirip. Sama-sama memberi atau menginduksi antibodi dari luar," ujar Prof Nidom, penemu vaksin Flu Burung itu.

"Perbedaannya, konvalesen bisa menimbulkan ketidakcocokan protein," ujar guru besar Universitas Airlangga Surabaya itu.

Perbedaan lainnya, kata Prof Nidom, penumbuhan imunitas lewat pemberian konvalesen harus berulang. Itu karena titer yang bisa turun. "Tapi lewat dendritik tidak harus berulang," ujar Prof Nidom.

"Itu karena dendritik bisa menurunkannya pada progeni dendritiknya," katanya.

Dari sinilah kelihatannya muncul istilah yang pernah ramai dibahas: Vaksin Nusantara itu untuk seumur hidup.

Apakah berarti Vaksin Nusantara juga harus menempuh jalur memutar yang sudah dilakukan terapi plasma konvalesen?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News