Jangan Anggap Remeh Gerakan Intelektual Papua Barat

Jangan Anggap Remeh Gerakan Intelektual Papua Barat
Jangan Anggap Remeh Gerakan Intelektual Papua Barat
Peneliti yang kerap melakukan riset tentang Papua dan daerah perbatasan di Indonesia tersebut menilai, pemerintah tidak boleh lengah terhadap apa yang terjadi di Papua saat ini. Meskipun hubungan Indonesia dengan negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Papua seperti Australia, Papua Nugini, dan Vanuatu baik namun hal tersebut bukan berarti Papua tidak akan mendapatkan dukungan dari negara lain jika ingin merdeka.

"Jangan hanya karena hubungan Indonesia dengan negara tetangga baik lalu kita pikir bisa diselesaikan dengan prinsip G to G (government to government). Aktivis kemerdekaan Papua sudah meniru perjuangan aktivis Timor Leste di luar negeri," cetusnya.

Selain gerakan intelektual melalui organisasi di luar negeri, pemerintah juga harus mewaspadai gerakan melalui media sosial yang saat ini terbukti efektif menggalang dukungan. Beberapa aktivis termasuk mantan diplomat Indonesia yang saat ini bermukim di Papua Nugini juga harus diwaspadai. "TNI dan Polri jangan sampai salah antisipasi mengenai gerakan di lapangan. Diplomat di Kementerian Luar Negeri juga harus waspada, Anda lihat kemerdekaan Indonesia karena perjuangan intelektual yang juga putra Indonesia yang ada di Belanda dan India," imbuhnya.

Lalu bagaimana saran bagi pemerintah? Ikrar berharap pemerintah dapat segera mencari informasi mengenai siapa aktor dan penyebab munculnya gerakan tersebut. "Harus ditemukan siapa aktor yang bisa mewakili organisasi tersebut dan yang bisa diajak dialog. Yang penting diplomasi dan Kementerian Pertahanan serta Kementerian Luar Negeri juga harus benar-benar memahami sejarah Papua," tandasnya. (tas/jpnn)

JAKARTA - Seminar yang diadakan oleh lembaga bernama International Lawyers for West Papua (ILWP) di Universitas Oxford Inggris dinilai oleh pengamat


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News