Jangankan Perhargaan, BLSM pun Terlewatkan

Jangankan Perhargaan, BLSM pun Terlewatkan
Korban selamat peristiwa pembantaian Belanda di Kebumen. FOTO: Gunawan Sutanto/JPNN

Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (K.U.K.B) J.M. Pondaag mengatakan Indonesia memang sangat tidak memperhatikan korban-korban kejahatan perang yang terjadi selama ini. Menurut dia, padahal nyawa-nyawa yang berguguran itu banyak yang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. ’’Tanpa mereka mungkin kita malah tidak merdeka,’’ paparnya.

Dia mengaku pernah berkirim surat pada Presiden, Sekretaris Kabinet hingga Duta Besar Indonesia di Belanda untuk audience perihal persoalan ini. Tapi semuanya tidak berbalas. ’’Dengan duta besar sendiri bahkan kita tidak ditemui langsung,’’ paparnya.

Pondaag mengerti dalam posisi ini Indonesia kuatir hubungan dengan Belanda menjadi buruk. Namun menurut dia hal itu ibaratnya utang pada seorang teman. ’’Kita tetap teman, tapi mereka punya hutang dan itu harus tetap dibayar dong,’’ paparnya.

Kendala yang dihadapi K.U.K.B sendiri dalam memperjuangkan hak-hak korban kejahatan perang itu pada financial dan data. Dia berharap pemerintah setidaknya bisa mendukung dalam memfasilitasi pendataan saja.

’’Selama ini kami keliling-keliling sendiri dan itu tidak mudah. Karena banyak korban atau keluarganya yang sudah tidak bisa ditemukan lagi,’’ terangnya. Dia lantas mencontohkan kejadian pembantaian di Gedong Tataan, Pesawaran, Lampung.

Saat itu di Belanda ternyata beredar foto pembantaian tersebut dari dokumentasi seorang veteran. Pondaag melalui timnya di Indonesia berhasil menemukan tempat pembantaian itu sesuai dengan foto tersebut. Namun tidak ada korban atau keluarga korban yang bisa ditemui.

K.U.K.B kini masih melakukan proses pengajuan ganti rugi untuk korban-korban Westerling di Sulawesi. Dalam perkara ini pengadilan memutuskan Belanda bersalah. Namun yang mendapatkan ganti rugi baru 10 janda.

Data yang dikumpulkan K.U.K.B sendiri ada 32 orang dari total 40 ribu korban meninggal. ’’Silakan kalau ada yang mengetahui ada korban bisa menginformasikan melalui website kami sehingga kami bisa terbantu untuk pendataannya,’’ terangnya. (gun)

PARA kebrutalan serangan Belanda selama Agresi Militer I dan II yang masih hidup kini memang mayoritas hanya bisa menikmati masa tuanya. Perhatian


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News