Jangankan Perhargaan, BLSM pun Terlewatkan

Jangankan Perhargaan, BLSM pun Terlewatkan
Korban selamat peristiwa pembantaian Belanda di Kebumen. FOTO: Gunawan Sutanto/JPNN

jpnn.com - PARA kebrutalan serangan Belanda selama Agresi Militer I dan II yang masih hidup kini memang mayoritas hanya bisa menikmati masa tuanya. Perhatian pemerintah untuk ’’mengobati luka’’ yang membekas itu seolah hanya sebuah harapan.

’’Tidak ada  (perhatian pemerintah). Orang-orang saja dapat uang Rp 200 ribu, tapi saya tidak dapat,’’ ujar Ahmad Suwito, korban selamat dari tragedi Cannonade, Desa Candi, Kebumen. Uang yang Rp 200 ribu yang dimaksud Ahmad ialah pembagian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Kehidupan Suwito kini memang bisa dikategorikan keluarga tidak mampu. Nyaris tidak ada perabot berharga di rumahnya. Lantainya pun masih dari tegel batu. Di usia senjanya itu, Suwito hanya mencari pendapatn dari berjualan snack dan rokok di dalam rumahnya.

Bukan hanya Suwito yang menyampaikan hal itu. Baniah, korban selamat lainnya juga mengatakan tidak pernah mendapatkan perhatian apapun dari pemerintah. “Nggak papa, cerita ini bisa buat anak cucu,” ungkapnya.

Sosok Mayjen Bambang Soegeng juga bisa dikatakan terlupakan. Hingga kini kolonel yang dulu gigih menyerang balik Belanda semasa Agresi Militer itu belum menjadi Pahlawan Nasional. Padahal semua mengakui bagaimana peran Bambang Soegeng kala itu.

Atas kecintaannya pada anak buah dan rakyat yang meninggal dibantai Belanda, Mantan KSAD era Presiden Sukarno ini pun tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Dia meminta dikuburkan di samping Jembatan Kali Progo.

Makam itu memang masih bisa dikatakan diopeni oleh Pemkab Temanggung. Namun upaya Pemkab memperjuangkan gelar kepahlawanan Bambang Soegeng hingga kini tak terjawab. Ironisnya di tempatnya berjuang mati-matian (Temanggung), Bambang Soegeng kini belum menjadi nama jalan.

Saking geramnya, Bambang Purnomo, adik Bambang Soegeng sempat membuat plang nama jalan sendiri. Dia membuat plang Bambang Soegeng untuk nama jalan di depan rumahnya, Jalan Raya Kranggan. Plan itu kini ambruk setelah ditabrak truk. ’’Ya sudahlah. Buat kami itu semua tidak masalah, biar rakyat yang mengetahuinya,’’ ujar Bambang Purnomo.

PARA kebrutalan serangan Belanda selama Agresi Militer I dan II yang masih hidup kini memang mayoritas hanya bisa menikmati masa tuanya. Perhatian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News