Jembatan Kali Progo dan Kemarahan Pada Sang Kolonel

Jembatan Kali Progo dan Kemarahan Pada Sang Kolonel
Jembatan Kali Progo dan Kemarahan Pada Sang Kolonel

jpnn.com - JIKA Desa Candi Kebumen diluluhlantakan karena adanya dapur umum, yang terjadi pada tragedi Jembatan Kali Progo, Temanggung beda lagi. Jembatan yang berada di jalan raya desa Kranggan, itu menjadi saksi bisu pembantaian terhadap pejuang maupun warga sipil yang dianggap membahayakan posisi Belanda.

---

Pembantaian di Temanggung dilakukan Belanda salah satunya akibat keluarnya surat perintah penyerbuan yang ditandatangani Kolonel Bambang Soegeng. Nama itu merupakan Gubernur Militer/Panglima Militer III sekaligus inisiator serangan balik terhadap Agresi Militer yang dilakukan Belanda, sebelum adanya surat perintah 11  Maret (Supersemar).           

Peran Bambang Soegeng itu setidaknya diketahui dari dokumen bernomor rahasia bernomor 4/S/Cop.I tertanggal 1 Januari 1949. Dalam dokumen itu Bambang memerintahkan Letkol Bahroen, Letkol Sarbini, dan Letkol Suharto untuk melakukan perlawanan secara serentak dan sehebat-hebatnya pada Belanda agar dunia luar tahu Negara Indonesia masih ada.     

Diduga akibat bocoran surat perintah dan adanya gerakan yang disusun Bambang itulah, Belanda murka. Akhirnya Temanggung yang menjadi wilayah Bambang Soegeng menjadi sasaran kemarahan. Serangan terhadap sejumlah desa dilakukan Belanda meskipun tidak sedasyat di Desa Candi, Kebumen.

Kemarahan Belanda di kota itu banyak dilakukan dengan mengambil orang-orang yang dianggap membahayakan, baik sipil maupun militer. Mereka disiksa dan dihabisi di atas Jembatan Kali Progo. Salah satu saksi yang pernah melihat kejadian itu ialah Parto Dimejo.

Pria yang mengaku kelahiran 1938 itu tinggal sekitar 1 km dari Jembatan Kali Progo. ’’Setiap saya berangkat sekolah selalu ada bekas darah di jembatan ini,’’ ujar Parto. Siang itu dia bersedia diajak koran ini bersama NCRV TV dari Belanda untuk melihat bagaimana pembantaian kala itu terjadi. Selain hampir setiap hari melihat darah yang berceceran di jembatan, Parto juga sempat mengalami trauma ketika melihat orang hendak dieksekusi.

’’Kulo pas angon bebek ten ngandap. Lah pas ningali ten nginggil wonten tilang disikso,’’ tuturnya. Seketika itu pun Parto lari tunggang langgang. Bebek yang dijaganya ditinggal begitu saja, lari kembali ke rumah.

JIKA Desa Candi Kebumen diluluhlantakan karena adanya dapur umum, yang terjadi pada tragedi Jembatan Kali Progo, Temanggung beda lagi. Jembatan yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News