Jangankan Ujaran, Posisi Berdiri Juga Bakal Dipersoalkan

Jangankan Ujaran, Posisi Berdiri Juga Bakal Dipersoalkan
Prabowo Subianto dan Jokowi saat pengundian nomor urut pasangan capres - cawapres di KPU, Jumat (21/9) malam. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Boni Hargens angkat bicara menanggapi sikap sejumlah pihak mempermasalahkan ucapan Presiden Joko Widodo menyebut kata 'tabok' saat pembagian sertifikat lahan kepada 1.300 warga di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Jumat (23/11) kemarin.

Menurut Boni, tidak bisa setiap ucapan dimaknai berdasarkan kata sebenarnya. Karena banyak kata-kata yang dikemukakan merupakan diksi.

"Jangan logika menjadi sempit. Sama soal istilah tampang Boyolali yang sebelumnya dikemukakan calon presiden Prabowo Subianto, menurut saya itu juga enggak menarik dipersoalkan," ujar Boni di sela-sela diskusi 'Memahami Perda Syariah dan Perda Injil dalam Bingkai Pancasila' yang digelar Lembaga Pemilih Indonesia di Jakarta, Sabtu (24/11).

Direktur Lembaga Pemilih (LPI) ini menyayangkan belakangan banyak pihak mempermasalahkan hal-hal yang tidak kontekstual dalam perhelatan Pilpres 2019.

Padahal, masyarakat harusnya diberi masukan yang membangun demi demokrasi Indonesia yang lebih baik.

"Jangankan ujaran, posisi berdiri dan duduk saja bisa dipersoalkan. Ini kan sangat tidak baik," ucapnya.

Boni menilai, hal-hal sepele belakangan banyak dipersoalkan karena ada politikus pecundang yang ingin menang dengan mudah.

"Jadi, mereka memainkan media sosial. Memainkan persepsi orang untuk tujuan-tujuan tertentu,'' kata Boni.(gir/jpnn)


Jangan logika menjadi sempit. Sama soal istilah tampang Boyolali yang sebelumnya dikemukakan calon presiden Prabowo Subianto.


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News