Jawa Timur Juara Kasus Buta Aksara Terpadat

Jawa Timur Juara Kasus Buta Aksara Terpadat
Jawa Timur Juara Kasus Buta Aksara Terpadat
Dari sejumlah evaluasi, Ella menuturkan faktor anggaran sudah tidak menjadi kendala. Sebab selain melalui anggaran Kemendikbud, masing-masing pemda juga ikut berpartisipasi mengeluarkan anggaran. Menurut dia yang perlu pembenahan ada di sektor metode pembelajaran pengentasan buta aksara. Ella mengatakan selama ini penyebab utama kasus buta aksara adalah kuatnya penggunaan bahasa ibu.

 

Sejatinya orang-orang yang disebut buta aksara ini ada yang bisa menulis, tetapi menggunakan bahasa tertentu seperti bahasa Arab atau bahasa ibu. Tetapi karena acuan pemberantasan buta aksara ini adalah untuk kontribusi pembangunan nasional, maka yang dipakai standar adalah kemampuan keaksaraan bahasa Indonesia (bahasa nasional).

 

Untuk mengatasi kentalnya bahasa ibu itu, Ella mengatakan pihaknya sudah menerbitkan buku panduan pengentasan buta aksara dengan mengkombinasikan bahasa ibu. Saat ini Kemendikbud menetapkan delapan bahasa ibu dalam buku panduan itu. Yakni bahasa Sunda, Jawa, Madura, Sasak, Bali, Makassar, Bugis, dan dialek Papua.

 

Menurutnya, saat ini kasus buta aksara tinggi tidak selalu ada di daerah minus dari segi perekonomian. Disejumlah daerah di Bali yang memiliki tingkat ekonomi tinggi, ternyata kasus buta aksaranya masih tinggi juga. Sedangkan di sejumlah daerah di Sumatera yang secara ekonomi masih rendah, tetapi jumlah melek aksaranya tinggi. "Ini karena rata-rata di Sumatera menggunakan bahasa Melayu yang dekat dengan bahasa Indonesia," tandasnya.

 

JAKARTA--Pekerjaan rumah besar menunggu pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News