Jawaban Muslim Pro Atas Tuduhan Menjual Data Pengguna ke Militer Amerika Serikat
Pengembang aplikasi Muslim Pro telah membantah laporan yang menyebutkan data personal pengguna aplikasinya telah dijual ke militer Amerika Serikat.
Laporan penyelidikan sebuah majalah online bernama Motherboard menyebutkan militer Amerika Serikat telah mendapatkan data lokasi dari para pengguna sejumlah aplikasi, termasuk Muslim Pro.
Data lokasi adalah satu dari data pribadi yang dibeli oleh Komando Operasi Khusus militer Amerika Serikat dari aplikasi ponsel di seluruh dunia berdasarkan laporan yang dimuat pada hari Selasa (17/11).
Disebutkan aplikasi ponsel paling populer yang data penggunanya dibeli, antara lain Muslim Pro yang digunakan oleh lebih 98 juta Muslim di dunia dan sebuah aplikasi kencan khusus Muslim.
Laporan tersebut menyoroti industri jual beli data lokasi dan militer AS yang membeli akses untuk mendapatkan informasi pribadi, setelah sebelumnya pihak militer AS diketahui telah menggunakan data lokasi lain untuk menargetkan serangan drone.
Amerika Serikat telah banyak melancarkan serangan ke negara-negara yang kebanyakan penduduknya adalah Muslim, seperti Pakistan, Afghanistan, Irak dan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah, dengan alasan membasmi kelompok teroris.
Serangan-serangan ini dilaporkan telah menyebabkan ratusan ribu warga sipil tewas.
Tapi dari penyelidikannya, Motherboard menyatakan tidak mengetahui di mana jenis data lokasi dari aplikasi ini telah digunakan militer AS.
Pengembang aplikasi Muslim Pro telah membantah laporan yang menyebutkan data personal pengguna aplikasinya telah dijual ke militer Amerika Serikat
- Dunia Hari Ini: Gadis 14 Tahun Dinobatkan sebagai Olahragawan Aksi Terbaik
- Konsisten Hasilkan Platform Digital, ID Food Boyong 2 Penghargaan Ini
- DBL Camp 2024 Hadir di Jakarta, Ratusan Pelajar Berebut 12 Tiket ke Amerika Serikat
- Dunia Hari Ini: Mahkamah Konstitusi Tolak Permohonan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar
- Belanja Militer Dunia Nyaris Tembus Rp 40 Kuadriliun, 3 Negara Ini Paling Boros
- Kecewa Berat, Palestina Tinjau Ulang Hubungan dengan Amerika Serikat