Jelang Pilkada, Guru Honorer jadi Primadona
jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo mengungkapkan, saat ini guru honorer menjadi primadona bagi para calon kepala daerah.
Masing-masing pasangan calon dan tim suksesnya berusaha meraih simpati guru honorer untuk mendapatkan suara.
Yang disesalkan Heru, guru-guru honorer ini hanya dijadikan alat politik. Ketika kursi kekuasaan sudah di tangan, guru honorer dilupakan dan diabaikan hak-haknya mendapatkan kesejahteraan hidup yang layak.
Peran guru honorer dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut Heru, sangat strategis. Sebab, banyak wilayah di Indonesia masih mengalami kekurangan guru.
Namun, pemerintah tidak punya cukup anggaran untuk menggaji mereka dengan layak atau mengangkatnya jadi guru PNS.
Di sejumlah daerah, rasio guru-murid masih di bawah standar yang ditetapkan pemerintah sendiri.
"Ini yang membuat mereka mempekerjakan guru-guru itu dengan sistem kontrak berjangka dan hal ini sudah berlangsung bertahun-tahun," kata Heru, Minggu (6/12).
Sistem itu sebenarnya sudah ditentang para buruh dalam dunia industri.
Suara guru honorer hanya diperlukan saat pilkada dengan janji akan mengangkat menjadi PNS, begitu terpilih nasib guru honorer tetap tidak sejahtera
- Survei WE Institut: Elektabilitas Eri Cahyadi Tertinggi untuk Pilkada Surabaya 2024
- Frans Go: Komitmen Membangun NTT Tak Mesti Jadi Gubernur
- Ani Sofian Melantik 850 PPPK Pemkot Pontianak, Ini Pesannya
- Menteri Anas Tegaskan Seleksi CASN 2024 tidak Mungkin Ditunda
- Jumlah ASN di IKN Lebih Banyak PPPK Dibanding PNS, Ini Datanya, Jauh Banget
- KPU DKI Buka Pendaftaran PPS untuk Pilgub, Butuh 801 Orang