Jenderal Baliho
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Dalam gagasan dwifungsi Nasution, tentara tetap menjadi kekuatan pertahanan, dan tidak harus berada di bawah kontrol sipil.
Namun, tentara juga tidak boleh mendominasi kehidupan sipil, sehingga melahirkan kediktatoran militer.
Nasution menyebutkan Indonesia tidak boleh meniru negara-negara Amerika Selatan, yang menjadikan kekuatan militer sebagai kekuatan dominan dalam politik.
Akibatnya, muncul banyak kediktatoran militer di negara-negara Amerika Selatan. Sebaliknya, kata Nasution, Indonesia juga tidak menjiplak pola Eropa Utara atau Amerika Serikat, yang menjadikan militer sebagai kekuatan murni pertahanan saja.
Nasution memperkenalkan pola jalan tengah dwifungsi karena melihat peran tentara yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan.
Nasution tidak ingin tentara diobok-obok oleh kekuatan politisi sipil yang menarik-narik tentara untuk kepentingan politik.
Itu sebabnya Nasution memberontak pada 1952 karena tidak mau tentara dijadikan alat politik oleh politisi sipil.
Namun, Nasution juga tegas dengan sikapnya agar tentara profesional dan tidak menjadi kekuatan diktatorial. Tentara mempunyai senjata, organisasi, dan sumber daya yang lebih baik dibanding sipil.
Netizen menyebut seharusnya seorang jenderal terjun ke pertempuran, bukan ke Petamburan.
- TNI Tangkap Terduga Anggota OPM yang Tembaki Tentara
- Kolonel Chandra: OPM Tembaki Tentara yang Patroli di Papua Tengah
- Pengemudi Arogan Berpelat Mobil Dinas TNI Palsu Mengaku Adik Jenderal
- Bentrok Brimob dan TNI AL di Sorong, 6 Polisi dan 4 Tentara Luka-Luka
- Pemudik kepada Irjen Iqbal: Alhamdulillah Pak Jenderal, Kami Aman Semua
- Oknum TNI Aniaya 2 Warga, Kapendam Iskandar Muda: Saya Minta Maaf