Jokowi Harus Lebih Berani Reformasi Ekonomi Indonesia

Arianto mengatakan merujuk pada pendekatan yang dilakukan Jokowi selama ini yang cenderung ambivalen, pragmatis dalam menyikapi isu global seperti proteksionisme, Ia berharap di termin kedua pemerintahan Jokowi akan mampu lebih bersikap pragmatis.
"Kalau pragmatisme positifnya bisa mengalahkan populisme proteksinya Jokowi jempol. Karena dia punya potensi, dia punya keberanian untuk melakukan hal-hal yang tidak populis. Seperti waktu dia menghapuskan subsidi BBM," kata Arianto Patunru.
Arianto Patunru mencontohkan tantangan dalam menyikapi pemenuhan kebutuhan beras dalam negeri dengan perlindungan petani padi.
"Misalnya pada kasus impor beras, jika dia batasi impor, sementara produksinya di dalam negeri tidak cukup. Maka yang terjadi harga beras akan naik. Kita tahu 80% orang di Indonesia itu konsumen bukan produsen."
"Maka harga beras yang mahal ini akan memukul mereka apalagi masyarakat yang paling miskin dan itu akan memicu inflasi."
"Karena itu jika Jokowi tidak hati-hati terhadap mikro managemen seperti itu akan mempengaruhi prestasinya karena inflasi tinggi orang tidak akan mampu beli macam-macam." tambahnya.
Sementara itu pengamat kebijakan publik ANU, Chris Manning menyoroti tantangan yang dihadapi pemerintah Indonesia mendatang di sektor sumber daya manusia.
Menurutnya Jokowi di era pemerintahannya yang baru perlu memprioritaskan upaya untuk meningkatkan kemampuan angkatan kerja muda.
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina