Jonan Cari Alasan, Tarif Murah Jadi Sasaran

Kontroversi Hapus Tarif Murah Penerbangan Rute Domestik

Jonan Cari Alasan, Tarif Murah Jadi Sasaran
Foto Ilustrasi: Beky Subechi/Jawa Pos

jpnn.com - BISNIS jasa penerbangan memang istimewa. Jika pelaku bisnis lain menuntut izin kenaikan harga, para pengusaha jasa penerbangan justru sedih jika dipaksa melakukan hal yang sama. Sebab, sebagian besar pembeli tiket bukanlah kaum kaya, namun kelas menengah yang ingin keliling dunia dengan biaya semurah-murahnya.

Bagi petualang dengan dana minim dan berbekal ransel atau yang populer disebut backpacker, tiket pesawat murah adalah hal yang paling dicari. Bahkan, kelompok backpacker sering menggunakan trik-trik khusus untuk naik pesawat dengan mengeluarkan uang hanya seperti naik ojek.

Sayangnya, di Indonesia, trik-trik itu semakin sulit diterapkan. Mulai 1 Januari lalu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menetapkan tarif batas bawah penerbangan minimal 40 persen dari batas atas. Artinya, jika maskapai penerbangan untuk rute Jakarta–Surabaya menetapkan tiket termahal Rp 1 juta, tiket termurah tidak boleh kurang dari Rp 400 ribu. Kepala Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan J.A. Barata menegaskan, mulai 1 Januari 2015, tidak ada lagi tarif penerbangan kelas ekonomi di bawah Rp 500 ribu.

Claudia Kaunang, backpacker yang juga penulis buku Rp 3 Juta, Keliling Korea dalam 9 Hari, dengan tegas menolak aturan baru yang mematikan bisnis penerbangan bertarif murah atau low cost carrier (LCC) tersebut. ’’Setahu saya, hampir di seluruh negara ada LCC. Tapi, anehnya, Indonesia satu-satunya negara yang malah menghapus LCC,’’ katanya kepada Jawa Pos Sabtu (10/1).

Claudia yang juga menulis buku Rp 2,5 Juta Keliling Jepang itu mengungkapkan, penghapusan LCC, mau tidak mau, membuatnya merogoh kocek lebih dalam untuk membeli tiket maskapai full service yang mahal. Bukan hanya itu, penghapusan LCC juga dinilai bisa mematikan industri wisata dalam negeri secara perlahan-lahan.

’’Kalau harga tiket Jakarta–Denpasar lebih mahal dibandingkan harga tiket Jakarta–Singapura, tampaknya, orang akan berpikir berkali-kali untuk beli tiket liburan dalam negeri,’’ tuturnya.

Namun, Claudia tidak dapat berbuat banyak. Mau tidak mau, dia harus menyesuaikan dengan aturan tersebut. Sebab, kegemarannya sebagai budget traveler mengharuskannya untuk terus melakukan perjalanan ke berbagai destinasi, baik di dalam maupun luar negeri.

’’Terpaksa menyesuaikan. Untuk rute dekat seperti Surabaya–Semarang, biasanya saya naik pesawat. Sekarang saya naik kereta. Padahal, harga tiket kereta juga lumayan mahal,’’ katanya.

BISNIS jasa penerbangan memang istimewa. Jika pelaku bisnis lain menuntut izin kenaikan harga, para pengusaha jasa penerbangan justru sedih jika

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News