Jumlah Insinyur Sedikit, 55 Persen Bekerja di Luar Bidangnya

Jumlah Insinyur Sedikit, 55 Persen Bekerja di Luar Bidangnya
Wapres Jusuf Kalla. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Kurangnya jumlah insinyur menghambat upaya Indonesia merangkak naik kelas menjadi negara industri.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, kebangkitan ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan para ahli teknik atau insinyur, baik di bidang teknik umum maupun teknik informatika.

''Sayangnya, kita kekurangan insinyur,'' ujarnya saat membuka Konggresi Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Jakarta kemarin (11/12).

JK menyebut, proporsi jumlah insinyur di Indonesia baru 1 banding 10.000 orang. Angka itu jauh lebih kecil dibanding proporsi Malaysia yang 1 banding 3.000 atau Singapura yang bahkan 1 banding 1.000.

Tak hanya itu, dari jumlah insinyur yang sedikit itu, hanya 45 persen yang bekerja sesuai bidangnya, sedangkan 55 persen lainnya bekerja di bidang lain yang tidak sesuai dengan ilmunya.

''Karena itu, program pemerintah yang kini giat membangun infrastruktur, harus dimanfaatkan insinyur,'' katanya.

Skema Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan berlaku mulai akhir Desember 2015 ini juga harus menjadi perhatian. JK mengatakan, dirinya tidak khawatir terhadap kemungkinan bakal masuknya insinyur-insinyur dari negara Asean ke Indonesia.

Sebab menurut dia, lalu lintas profesional akan terjadi dari negara berpenghasilan lebih tinggi. ''Jadi saya malah khawatir nanti insinyur kita yang akan banyak pindah ke Singapura atau Malaysia,'' ucapnya.

JAKARTA – Kurangnya jumlah insinyur menghambat upaya Indonesia merangkak naik kelas menjadi negara industri. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News