Jurus Budaya dalam Diplomasi Tantowi Yahya

Jurus Budaya dalam Diplomasi Tantowi Yahya
Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya di KBRI Wellington. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN

jpnn.com - Latar belakang Tantowi Yahya sebagai seniman punya pengaruh besar pada cara kerjanya sebagai Duta Besar RI untuk Selandia Baru. Pendekatan budaya menjadi jurus andalannya, terutama untuk meredam suara-suara pendukung kemerdekaan Papua.

Ayatollah Antoni, Wellington

SATE padang dan es kelapa muda tersaji di meja makan di Ruang Jawa, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wellington. Meja dan kursi ukir khas Jepara tampak menghiasi ruangan seluas kurang lebih 30 meter persegi itu.

Di sebelah Ruang Jawa ada Ruang Sriwijaya yang berfungsi untuk menjamu tamu. Pernak-pernik dan ukiran khas Sumatera Selatan sangat menonjol di ruangan yang diresmikan pada April 2017 itu.

“Ini (Ruang Sriwijaya, red) yang meresmikan Pak Tito (Kapolri Jenderal Tito Karnavian, red),” ujar Tantowi ketika menerima sejumlah pewarta dari Indonesia beberapa waktu lalu di KBRI Wellington.

Di kompleks KBRI yang beralamat di 70 Glen Road, Kelburn, Wellington itu ada ruang terbesar. Namanya Ruang Bali yang dipenuhi barang-barang khas Pulau Dewata.

“Bali memang sangat dikenal. Tapi saya ingin KBRI ini menjadi the house of Indonesia, baik musik, tradisi, arsitektur dan juga kuliner,” sambungnya.

Barang-barang seni juga menghias Wisma Indonesia yang menjadi kediaman Tantowi di Mataroa Avenue, Northland, Wellington. Lukisan karya maestro tanah air seperti Basuki Abdullah, Jeihan dan Hardi tampak menghiasi dinding Wisma Indonesia.

Tantowi Yahya yang kini menjadi Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Samoa dan Kerajaan Tonga meyakini budaya menjadi jurus ampuh dalam diplomasinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News