Jutaan Pemilih Siluman Masih Akan Menghantui Pemilu 2019

Jutaan Pemilih Siluman Masih Akan Menghantui Pemilu 2019
Jutaan Pemilih Siluman Masih Akan Menghantui Pemilu 2019

"Banyak pembelian suara terjadi pada pemilihan wakil rakyat, bukan pemilihan presiden, antara lain karena skala pemilihan presiden terlalu besar," kata dia.

"Tetapi sekarang pemilihan presiden dan wakil rakyat berlangsung serentak, jadi akan ada banyak tumpang tindih."

Profesor Aspinall mengungkapkan praktik pembelian suara memang lebih kerap terjadi pada pemilihan kepala daerah, tetapi tidaklah efektif apabila mendapat tekanan sosial dari pemuka agama, pemuka budaya, atau tokoh pemerintahan di masyarakat.

Sementara itu, dalam sebuah penelitian terpisah, Burhanuddin Muhtadi, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menemukan bahwa pada periode 2006-2016, sekitar sepertiga dari 800.000 respondennya mengatakan telah diberi uang atau benda lain untuk memilih kandidat tertentu.

Profesor Aspinall, yang melakukan penelitian dengan fokus pemilihan presiden dan anggota DPR pada 2014 — dengan calon presiden yang sama, yakni Jokowi dan Prabowo — mengatakan tidak banyak perubahan yang terjadi menjelang pemilu 17 April mendatang.

"Pada dasarnya, sistemnya tetap sama," kata dia.

"Hanya ada sedikit perubahan peraturan, kerangka kerja peraturannya lemah, tapi yang terpenting, peraturan elektoralnya tetap sama."

Jutaan "pemilih siluman" bermunculan

Jutaan Pemilih Siluman Masih Akan Menghantui Pemilu 2019 Photo: KPU telah berjanji akan menghentikan praktik memilih secara kolektif di kalangan warga Papua Barat. (Flickr: Lukas Kurniawan)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News