Jutaan Pemilih Siluman Masih Akan Menghantui Pemilu 2019

Profesor Edward Aspinall dari Australian National University mengatakan kepada ABC banyak warga menentukan pilihan mereka dengan pertimbangan sesaat, seperti uang untuk memenuhi kebutuhan.
"Banyak orang di Indonesia menjatuhkan pilihan mereka berdasarkan keuntungan material yang mereka dapat," kata Profesor Aspinall.
Sebagai contoh, seorang politisi partai nasionalis ternama di Kalimantan mengaku kepada ABC bahwa dia bertanggung jawab membagi-bagikan uang kepada warga pada pemilihan kepala daerah di tahun 2014.
Johannes, bukan nama sebenarnya, mengatakan setiap orang dibayar Rp 250.000 per orang sebagai imbalan atas suara mereka.
"Strategi ini efektif," kata Johannes.
'Mengobral demokrasi': Membeli suara sama dengan membunuh demokrasi

Profesor Aspinall mengatakan praktik-praktik seperti pembelian suara, penyalahgunaan jabatan untuk mendukung kandidat tertentu, serta penggelapan uang dari proyek pemerintah banyak ditemukan di seluruh Indonesia. Dia menyebutnya sebagai "mengobral demokrasi" dalam bukunya yang segera terbit.
Dia juga mengatakan pembelian suara lebih marak dan efektif di pulau-pulau selain Jawa, di mana kekuatan ekonomi sangat terkonsentrasi.
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas