Kabut Asap di Sampit Sangat Pekat, Lihat!

Kabut Asap di Sampit Sangat Pekat, Lihat!
KM Kirana III saat hendak merapat ke Pelabuhan Sampit, Minggu (15/9). Foto: ANTARA/Norjani

jpnn.com, SAMPIT - Kabut asap di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dikhawatirkan bisa memicu kecelakaan arus lalu lintas di perairan setempat karena jarak pandang yang sangat terbatas.

"Kapal (besar) masih lancar karena teknologi navigasi yang memadai. Namun, yang perlu diperhatikan adalah lalu lintas kapal atau perahu tradisional milik masyarakat karena asap dikhawatirkan mengganggu jarak pandang," kata Manajer PT Dharma Lautan Utama Cabang Sampit Hendrik Sugiharto di Sampit, Minggu (15/9).

Antara melansir, kabut asap di Kota Sampit, Minggu pagi sangat pekat, termasuk di kawasan Sungai Mentaya. Lalu lintas sungai lebih sepi dari biasanya karena sebagian motoris memilih menunda beraktivitas karena jarak pandang sangat pendek.

Sekitar pukul 06.30 WIB KM Kirana III dari Surabaya tiba di Pelabuhan Sampit. Kapal masuk ke alur hingga sandar di pelabuhan, berjalan dengan lancar.

Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit, jarak pandang di Sampit pukul 07.00 WIB hanya 500 meter. Pukul 10.00 WIB, jarak pandang kembali menurun menjadi 400 meter akibat asap makin pekat.

Hendrik mengatakan, hampir sebulan ini jarak pandang di sepanjang alur Sungai Mentaya sedikit terganggu asap pekat. Namun kapal milik PT Dharma Lautan Utama masih bisa beroperasi dengan lancar karena dilengkapi peralatan navigasi yang baik seperti radar, GPS atau global positioning system dan lainnya.

Alat komunikasi radio juga sangat bermanfaat dalam mencegah tabrakan antarkapal barang dan penumpang berukuran besar. Komunikasi tersebut bisa membuat kapal berjalan maupun berpapasan dengan kapal lain.

Hal yang perlu diwaspadai adalah aktivitas kapal kecil dan perahu tradisional yang cukup padat di Sungai Mentaya. Motoris hanya mengandalkan pandangan mata atau secara manual sehingga jarak pandang terbatas. "Kami berharap sama-sama berhati-hati, khususnya perahu tradisional," kata Hendrik.

Ihad, warga Sampit, mengaku tidak berani beraktivitas menggunakan perahu lantaran kabuit asap yang pekat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News