Kakang-Kakang lan Mbakyu-Mbakyu Sedoyo, Piye Kabare

Kakang-Kakang lan Mbakyu-Mbakyu Sedoyo, Piye Kabare
Foto: JP
 

Meski logat Tionghoa-nya tetap terasa, bahasa Jawa yang disampaikan politikus kelahiran Selangor, 13 Juli 1970, itu cukup lancar. Tidak terputus-putus seperti orang yang memang baru mengenal atau belajar bahasa Jawa.

 

Bahasa yang jamak dipakai orang Jawa itu seperti menjadi bagian hidupnya sejak kecil. Sejak berumur 13 tahun, Suee Lim akrab dengan seorang anak pasangan suami istri warga Malaysia keturunan Jawa yang tinggal di Kampung Tok Muda, Kapar Selatan, Selangor. Bahkan, saat itu Suee Lim  ikut bekerja di warung makan milik suami istri tersebut. Dalam sehari-hari, pasangan itu masih sering menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Dengan demikian, lama-lama Suee Lim jadi bisa berbahasa Jawa.

”Dia (mantan juragan Suee Lim, Red) keturunan kedua atau ketiga lah kalau tidak salah dari orang Indonesia,” kisah Suee Lim saat ditemui Jawa Pos di sekretariat tim suksesnya di Sekinchan, Selangor, Malaysia, Sabtu (4/5).

       

Sebagai anak yang dibesarkan dengan bahasa sehari-hari Tionghoa dan Melayu, Suee Lim kecil awalnya tentu tidak tahu sama sekali isi pembicaraan yang sering digunakan keluarga keturunan Jawa itu. ”Saya juga tidak paham saat dicaci maki, dibilang goblok lah, ndasmu lah,” kenangnya, lantas tersenyum.

BERAGAM cara dilakukan politikus untuk meraih dukungan pemilih. Tak terkecuali para calon anggota dewan di Malaysia yang hari ini (5/5) bertarung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News