Kalah Bertanding Menanam Cabe dengan 'Orang Sakti', Memeluk Islam

Kalah Bertanding Menanam Cabe dengan 'Orang Sakti', Memeluk Islam
MAKAM: Penjaga makam Datokarama yang terletak di Jalan Rono, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulteng, di kompleks makam Datokarama, akhir Mei lalu. Foto: MUGNI SUPARDI/Radar Sulteng/JPNN.com

Tak ada yang bisa memastikan, berapa lama perahu Datokarama mengarungi lautan melintasi beberapa wilayah hingga sampai ke Tanah Kaili Lembah Palu, Sulteng. Apalagi transportasinya waktu itu hanya mengandalkan kekuatan perahu layar. 

Namun, kata Hadi, sebelum sampai ke Tanah Kaili, rombongan Datokarama singgah dulu di sebuah pantai. Namun sayang, nama pantai itu tak diketahui akibat kurangnya data dan fakta untuk memperkuat kisah dari Datokarama. Dari pantai itu tadi, perahu layar Datokarama kemudian menyeberang ke Johor, Malaysia. 

Di negeri jiran itu, Datokarama memperdalam kembali pengetahuannya tentang Islam dari ulama Johor, Malaka dan sebagian ulama Pathani, Thailand Selatan. Di Johor sendiri kala itu, banyak pedagang-pedagang dari Suku Bugis, asal Indonesia. Selain berdagang di Johor, para pedagang Bugis tersebar di beberapa wilayah seperti Singapura dan Malaka. 

“Ketika itulah Abdullah Raqie (Datokarama,red) banyak bertanya dengan pedagang tentang bagaimana alur perjalanan hingga dirinya sampai ke Johor,” ulas Hadi menjelaskan kisah tokoh pembawa Islam pertama di Tanah Kaili tersebut.

Para pedagang tersebut pun menjelaskan, jalur-jalur yang dilalui hingga sampai ke Johor. Dimulai dari Tanah Bugis (Makassar) menuju ke Kalimantan Selatan, kemudian pindah ke Kalimantan Barat, selanjutnya menyeberang ke Riau dan akhirnya tiba di Johor. 

“Maka rombongan Abdullah Raqie mengikuti jalur perdagangan orang-orang Bugis di pertengahan nusantara hingga sampai di Pulau Salemo (di Makassar),” sebut Hadi.

Di kepulauan itu, Datokarama singgah di tempat pengajian pertama yang berdiri di Sulawesi Selatan. Dia bertemu beberapa ulama seperti Datuk Patimang, Datuk Ri Bandang dan Datuk Ri Tiro, yang mengembangkan Islam di wilayah tersebut. 

Suatu ketika, terjadi sebuah diskusi antara Datokarama dengan ulama di Pulau Salemo hingga akhirnya dia disarankan untuk menuju ke bagian utara. Seperti ke wilayah Samarinda (Kalimantan) dan Sulteng. 

BAGI penduduk Kota Palu, Abdullah Raqie atau yang lebih dikenal dengan Datokarama, adalah  seorang yang sakti atau keramat (datuk).  Dia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News