Kalau Ahok Calon Golkar, Suara Golkar Ikut Naik

Kalau Ahok Calon Golkar, Suara Golkar Ikut Naik
Ilustrasi.

jpnn.com - DENPASAR - Bakal calon Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto berharap partainya tidak salah memilih ketua umum. Sebab, andai blunder terjadi, fatal akibatnya buat Golkar ke depan.

Demikian juga kalau dalam pelaksanaan pemilihan presiden, Golkar salah memilih figur calon presiden, diyakini berpengaruh besar terhadap perolehan kursi parlemen nantinya.

"Kalau ketua umum disenangi konstituen, pasti suara Golkar akan naik. Demikian juga dengan calon presiden yang diusung, sangat krusial. Karena itu Golkar tak boleh salah pilih lokomotif. Harus dukung calon yang benar. Kalau salah, anggota legislatif yang dicalonkan, tak akan dipilih rakyat," ujar Airlangga, Senin (21/3) malam.

Airlangga memaparkan pandangannya, berdasarkan pengalaman dari pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2015. Terlihat hampir tidak ada isu pilkada yang naik menjadi isu nasional. Kondisi ini menggambarkan ketika pemilihan legislatif digelar bersamaan dengan pemilihan presiden, maka masyarakat akan lebih membicarakan pemilihan presiden. 

"Jadi masyarakat nanti akan membicarakan pilpres, bukan pileg. Apalagi daerah pemilihan itu kan sifatnya lokal. Padahal di setiap lokal ada juga proses pemilihan calon presiden. Jadi ini sudah benar, Golkar kembali ke kitohnya, partai karya ke karyaan," ujarnya.

Airlangga mencontohkan dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Fenomenanya saat ini tingkat elektabilitas Basuki Tjahja Purnama cukup baik.

"Jadi kalau Ahok calon Golkar, maka suara Golkar akan naik. Kalau calon tak menjadi magnit positif, suara Golkar akan terdegradasi. Jadi kenapa pilpres dan pileg digelar bersamaan, agar kabinet dan presiden kuat. Dengan juga ketua umum yang merupakan cermin parpol. Kalau bermasalah, parpol akan ditinggalkan. Ini sudah menjadi paradigma," ujar Airlangga. (gir/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News