Kalau Bukan karena Jupe, Mungkin Aku Sudah Tidak Ada di Dunia Ini

Kalau Bukan karena Jupe, Mungkin Aku Sudah Tidak Ada di Dunia Ini
Sergei Litvinov saat ditemui di Bandara Soekarno-Hatta sesaat sebelum terbang ke Rusia Rabu, 2 Juli 2014. Jupe membantunya, membuka jalan ke dunia hiburan. Foto: M. Amjad/Jawa Pos/dok.JPNN.com

Ujung-ujungnya, dia ditampung pendukung Persis Solo, Pasoepati. Dia tinggal bersama Muhammad Badras, salah seorang pengurus Pasoepati, di markas Pasoepati, kawasan Stadion Sriwedari. Di tempat itulah dia berjuang untuk hidup.

Misalnya, dia menjadi foto model untuk promosi produk-produk distro.

’’Hasilnya nggak besar, hanya cukup untuk makan. Sekali sesi (pemotretan) dapat Rp 500 ribu. Tapi, itu tidak setiap hari ada, kadang-kadang saja,’’ ucapnya, ditemui Jawa Pos di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Rabu malam, 2 Juli 2014, sebelum balik ke negara asalnya.

Selain itu, dia sempat membantu berjualan es jus langganannya di dekat markas Pasoepati. Si pemilik warung, tampaknya, menaruh iba pada Sergei yang hidupnya terlunta-lunta. Sergei sendiri tidak keberatan dengan bayaran yang tak seberapa.

Yang penting, dia hari itu bisa makan, sampai perjuangannya menuntut gajinya selama enam bulan dari PSLS berhasil. Total gaji yang belum dibayarkan itu sebesar Rp 124 juta.

Sergei mengaku sudah menempuh berbagai cara baik-baik untuk mendapatkan haknya itu. Sebab, dia tidak ingin mantan klubnya (PSLS) terlihat buruk di mata PSSI.

Dia tidak melapor ke PSSI dan hanya menagih janji ke klubnya. Tapi, karena berbulan-bulan hanya mendapat janji, Sergei akhirnya jengah dan harus meminta bantuan kepada PSSI.

Tapi, PSSI sama saja. Pengurus PSSI mendiamkan laporan pemain kelahiran Vladivostok, Rusia, 29 September 1986, tersebut.

Sergei Litvinov, 30, pemain asal Rusia yang pernah merumput di PSLS Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam, merasa begitu sedih begitu mendengar Julia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News