Kamala

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kamala
Kamala Harris. REUTERS/Evelyn Hockstein

Dalam seminggu terakhir ini perhatian masyarakat Amerika tercurah sepenuhnya ke Afghanistan, setelah pasukan Taliban dengan mudah mengambil alih ibu kota Kabul.

Baca Juga:

Taliban bisa leluasa masuk Kabul dan menguasai seluruh Afghanistan, karena tentara Amerika Serikat yang selama ini menjaga keamanan Afghanistan menarik diri secara tiba-tiba.

Banyak yang menganggap tindakan Joe Biden ini sebagai sikap yang tidak bertanggung jawab dan menelantarkan Afghanistan.

Pasukan Amerika Serikat seperti melakukan desersi. Dalam terminologi Jawa pasukan Amerika ‘’tinggal glanggang colong playu’’, meninggalkan gelanggang perang dan melarikan diri.

Akibatnya terjadi chaos di Kabul. Puluhan ribu warga yang ketakutan oleh kedatangan pasukan Taliban menyerbu ke Bandara Hamid Karzai untuk menyelamatkan diri dari Afghanistan.

Ini merupakan krisis kepemimpinan politik terburuk Joe Biden dan Kamala Harris sejak dilantik pada Januari lalu. Biden dikecam keras oleh berbagai kalangan di Amerika Serikat karena keputusan ini dianggap sebagai blunder politik.

Biden juga dikritik keras karena tidak menunjukkan sense of crisis terhadap masalah ini. Ketika puncak krisis terjadi (17/8), Biden sedang berlibur di Camp David.

Ia kemudian balik ke Washington lalu memberi keterangan pers sebentar dan langsung terbang lagi ke tempat liburan, seolah-olah masalah sudah selesai.

Konon Kamala Harris malah memperburuk situasi. Ia ikut-ikutan menghilang selama seminggu terakhir terjadinya krisis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News