Kandang Bubrah

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kandang Bubrah
Seorang mahasiswi membawa spanduk yang menarik perhatian saat demo menolak kenaikan harga BBM di depan Gedung DPR, Selasa (6/9) Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

Orang Jawa memakai idiom itu untuk menggambarkan situasi rumah yang tidak teratur dan tidak terawat.

Idiom itu juga dipakai ketika seorang kepala rumah tangga tidak punya wibawa untuk mengatur anggota keluarganya, sehingga di antara mereka terus-menerus saling ribut.

Dalam perspektif ini Indonesia sekarang ini sedang berada dalam kondisi kandang bubrah.

Sang kepala rumah tangga bernama Joko Widodo sedang menghadapi kondisi kandang bubrah.

Dia dengan penuh percaya diri mengumumkan kenaikan harga BBM di akhir pekan, dan harga baru itu langsung berlaku satu jam setelah pengumuman. 

Narasi yang dipakai sebagai alasan kenaikan adalah bahwa sang bapak sudah mengeluarkan terlalu banyak uang subsidi kepada anak-anaknya.

Kata sang bapak subsidi itu nilainya sampai Rp 500 triliun lebih, dan ternyata jumlah sebesar itu salah sasaran, karena diterima oleh anak-anaknya yang selama ini memakai mobil.

Supaya lebih adil, subsidi dicabut, dan anak yang miskin dikasih bantuan langsung tunai sebesar Rp 150 ribu selama 4 bulan.

Kandang bubrah adalah salah satu ritual yang dilakukan untuk mengumpulkan kekayaan atau mencari kesaktian, kekuasaan atau power.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News