Kapan Israel Tinggal Sejarah?

Kapan Israel Tinggal Sejarah?
Kapan Israel Tinggal Sejarah?
Tapi penampilan warganya biasa-biasa saja, setidaknya menurut seorang teman, Christovita Wiloto, penulis buku Behind Indonesia’s  Headlines yang pernah berkunjung ke sana. Berbeda dengan penampilan orang-orang di Jakarta, justru terkesan bagi “raja minyak.” Jika jalanan di Jakarta penuh dengan bangunan bertingkat yang modern, mal dan plasa, Israel  penuh dengan bangunan tua yang menyejarah. Termasuk telepon selulur generasi baru sudah dipunyai oleh professional muda di Jakarta atau Medan. “Sebaliknya di Israel masih banyak yang memakai telepon genggam ala Nokia generasi awal,” tutur bos  PowerPR - Christovita Wiloto & Co itu, suatu hari.

Namun jika dipetakan secara ekonomi, Israel pun sangat tergantung kepada hubungan bisnis internasional. Ketergantungan akan bahan baku impor dan pasar luar negeri untuk ekspor sangat tinggi. Sebetulnya, Israel sangat rapuh, karena tak satu negara pun bisa hidup sendirian. Jika diboikot, pertumbuhan ekonominya bisa juga dingin membeku.

Ironisnya, PBB bagai macan kertas. AS yang punya hak veto di Dewan Keamanan masih mengelus-elus Israel, perpanjangan kepentingan ekonomi AS di Timur Tengah. Tak heran jika pejabat yang ditunjuk Paus Benediktus, yakni Kardinal Renato Martino, pemimpin Dewan Vatikan untuk Keadilan dan Perdamaian dalam statemennya melukiskan Jalur Gaza kian lama kian menyerupai sebuah kamp konsentrasi yang besar.

Paus Benediktus yang akan mengunjungi tempat suci di Jordania, Israel, dan Tepi Barat Sungai, yang diduduki-Israel, Mei tahun ini, berharap kekerasan segera berakhir.

Israel sudah dikecam banyak negara, termasuk komunitas Yahudi di berbagai Negara. Bahkan, Presiden Venezuela Hugo Chavez mengusir dubes Israel dari negaranya, walaupun penduduk Yahudi tetap aman di Venezuela.

Sebetulnya, mudah saja memaksa AS dan Israel untuk menyetop agresi ke Gaza. Misalnya, negara penghasil minyak menggunakan boikot minyak untuk menyetop perang. Sayang, proposal ini ditolak Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud Al-Faisal, Rabu lalu, di sela debat Dewan Keamanan PBB mengenai serangan Israel.

Arab Saudi sudah lama dijadikan AS sebagai pangkalan militer Amerika. Tak seperti di masa Raja Faishal yang pernah memprakarsai boikot minyak terhadap Negara-negara barat untuk menghentikan serangan Israel.

Israel merasa di atas angin, dan belum mau belajar dari ambruknya ekonomi AS, sampai satu hari ia kena batunya. Jika kejayaan AS akhirnya menjadi sejarah alias masa silam, agaknya kehebatan Israel pun bisa pula menjadi sejarah, seperti halnya kegemilangan Majapahit di masa lampau yang jauh itu. **

PENDUDUK menyerbu toko roti dan sembako. Mumpung ada gencatan senjata “setengah hati” yang berlaku saban tiga jam. Tapi, ya ampun, isi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News