Kapitalis Tani

Kapitalis Tani
Dahlan Iskan dan istri (berkaus mereh) bersama Dr Sugeng Edi Waluyo (dua dari kiri) dan Hanjar al Gontori (kanan). Foto: disway.id

Di Tiongkok juga ada perkembangan terbaru: untuk pertama kalinya, Sabtu lalu, tidak ada penderita baru virus corona di Provinsi Hubei --termasuk di ibu kota tanya, Wuhan.

Baca Juga:

Kabar itu begitu menggembirakan, tetapi yang Wonogiri ini juga sangat memberi harapan. Sehari penuh saya di Desa Kebon Agung itu. Di pinggir jalan antara Wonogiri-Pacitan itu.

Di situ saya bertemu Hanjar Lukitojati. Hanjarlah yang mendirikan PT itu: PT Pengayom Tani Sejagad.

Awalnya ada kata ”BUMP” di depan nama itu: Badan Usaha Milik Petani. Namun BUMP tidak dikenal sebagai badan hukum di Indonesia. Karena itu, dengan sangat masygul, kata BUMP dihapus.

Hanjar bukanlah pemegang saham terbesarnya. Namun sebagai pemrakarsa, ia menjadi direktur di PT Pengayom itu. Umurnya: 33 tahun. Pendidikan terakhirnya: Pondok Modern Gontor Ponorogo.

Pemegang saham terbesar PT Pengayom adalah: Asosiasi Petani Organik. Anggota asosiasi ini 1.600 petani organik. Hanjar juga ketuanya.

Saya akan menulis perjuangan membangun asosiasi petani organik ini. Kapan-kapan.

Hari ini menulis soal PT Pengayom dulu.  Siapa tahu kelembagaan baru ini menjadi tren masa depan petani kita.

Penelitian Dr. Edi itu sampai pada kesimpulan: lembaga tani itu harus perseroan terbatas. Ia pun menyusun desertasi soal kelembagaan ini. Jadilah Edi doktor pertama di ilmu kelembagaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News