Karyawan Garudafood Diajak Mengelola Sampah Menggunakan Maggot 

Karyawan Garudafood Diajak Mengelola Sampah Menggunakan Maggot 
Direktur Garudafood Basuki Nur Rohman (batik coklat) didampingi Direktur Utama PT Sinarniaga Sejahtera (SNS) Ruli Setiawan Tobing (batik biru) menyimak penjelasan mengenai produk turunan dan siklus hidup budi daya maggot oleh Head Business Operation Biomagg Raflie Yushan Rumain  di kantor pusat Garudafood, Jakarta Selatan, Rabu (3/4). Foto dok. Garudafood 

Selain itu, Garudafood juga menggandeng Biomagg untuk program pemberdayaan masyarakat melalui budi daya maggot BSF di Kelurahan Jatijajar, Depok, Jawa Barat melalui pelatihan dan bimbingan teknis yang intensif dengan melibatkan 30 kepala keluarga (KK) dan kepala Kelurahan Jatijajar. 

Garudafood telah menginisiasi program Kampung Wirausaha Maggot sejak 2021 di Pati, Jawa Tengah bekerja sama dengan pemuda karang taruna setempat. Maggot merupakan larva lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF) berukuran antara 0,3 cm sampai 1,5 cm. Maggot tidak membawa patogen dan tidak memiliki gigi, sehingga tidak menularkan penyakit. 

Sumber makanan Maggot adalah sampah dapur, sampah pasar berupa sayur dan buah, hingga sampah organik pabrik. Menurut Biomagg, 10 ribu ekor maggot mampu mengurai habis sampah organik sebanyak 1 kg dalam sehari. Hal ini membuat budi daya maggot sangat efektif untuk mengurai sampah organik rumah tangga.

Hingga Maret 2024, Garudafood telah mengolah dan mencegah timbulan sampah organik berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sebesar 20,20-ton sampah, menghasilkan lebih dari 6-ton maggot BSF yang bernilai ekonomis, mengedukasi 30 kepala keluarga serta berhasil mencegah terbentuknya emisi karbon setara dengan 67,14-ton ekuivalen karbon dioksida. (esy/jpnn)

Karyawan Garudafood diajak mengelola sampah rumah tangga menjadi peluang bisnis dengan menggunakan maggot. Simak penjelasannya.


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News