Kata Rizal, Indonesia Terperangkap Neokolonialisme Baru

Kata Rizal, Indonesia Terperangkap Neokolonialisme Baru
Rizal Ramli. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menilai Indonesia memasuki masa neokolonialisme gaya baru.

Neokolonialisme itu menurut Rizal terlihat melalui modus utang luar negeri. Bila Indonesia berutang ke luar negeri maka pihak asing meminta Indonesia membuat UU yang menguntungkan pihak asing.

"Indonesia pinjam 500 juta dolar Amerika Serikat ke Bank Dunia. Tapi syaratnya adalah harus bikin UU Migas. UU-nya sendiri di-draf asing dibiayai oleh United States Agency for International Development (USAID), diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Hasilnya menjadi UU Migas," kata Rizal, di Jakarta, Rabu (16/9).

Menurut Rizal, wajar muncul pasal-pasal aneh dalam UU Migas, antara lain pasal yang mewajibkan Indonesia ekspor gas dengan harga murah.

"Kita hanya boleh pakai gas sendiri sebesar 20 persen, sisanya 80 persen wajib ekspor dengan harga yang ditetapkan asing," ungkap Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini. 

Padahal, imbuhnya, Indonesia penghasil gas paling besar di Asia.

Begitu juga saat Indonesia mengajukan utang baru ke Bank Dunia sebesar 400 juta dolar Amerika Serikat untuk pembiayaan irigasi dan sumber daya air. Bank Dunia ujar Rizal, mengajukan syarat swastanisasi air.

"Dulu kita pinjam dana asing 400 juta dolar AS ke Bank Dunia untuk irigasi dan air. Tapi dia minta UU tentang swastanisasi air. Air harus diserahkan kepada swasta semua," ungkapnya.

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menilai Indonesia memasuki masa neokolonialisme gaya baru. Neokolonialisme

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News