Katarak di Kaltim Masih Tinggi

Katarak di Kaltim Masih Tinggi
Katarak di Kaltim Masih Tinggi

Angka 0,78 persen buta katarak memang menjadi masalah sosial seperti dipaparkan dokter Parmono, kepala UPTD BKMOM Kaltim. “Kalau kota atau kabupaten angka buta akibat kataraknya di atas 1,5 persen dikategorikan masalah sosial. Sebaliknya, di bawah 1,5 persen menjadi masalah kesehatan masyarakat,” ujarnya. Masalah sosial yang dimaksud dilihat dari produktivitas seseorang. Jika buta berarti memerlukan bantuan orang lain untuk beraktivitas. Ini berarti ada dua orang yang tidak produktif dengan maksimal, baik dalam bekerja maupun berkarya. Belum lagi masalah lain, pemanfaatan seseorang yang buta untuk meminta-minta.

Dari analisa kesehatan itu BKMOM menargetkan penanganan medis buta katarak minimal 1.500 orang per tahun. Kabar baiknya, kadang angka yang ditangani melebihi yang ditargetkan.

“Kami mengadakan operasi buta katarak gratis dengan pembiayaan ditanggung provinsi dan kota,” ujar Parmono.

Menangani masalah kesehatan mata ini BKMOM menargetkan 2015 buta katarak jumlahnya di bawah satu persen. Parmono optimistis, pada 2020 buta katarak angkanya di bawah setengah persen dari jumlah penduduk. Dengan begitu, buta katarak cukup ditangani di rumah sakit daerah. Sulitnya mendata buta katarak, Parmono berharap, masyarakat sadar diri untuk kesehatan mata. Termasuk terlibat dalam membawa keluarganya yang buta katarak saat ada operasi gratis.(her/far/k2)

BUTA akibat katarak di Kaltim angkanya masih tinggi. Disebutkan, sedikitnya 0,87 persen dari jumlah penduduk Benua Etam masih menderita pengaburan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News