Katarak di Kaltim Masih Tinggi

Katarak di Kaltim Masih Tinggi
Katarak di Kaltim Masih Tinggi
Manfred menuturkan, angka buta katarak 0,87 persen dari BKMOM angka penderita baru. Artinya, angka tanpa mengikutkan sisa penderita buta katarak yang belum tertangani. “Satu dokter spesialis mata punya target mengoperasi sekian orang, tapi karena keterbatasan tenaga tidak semua tertangani,” ucapnya. Manfred mengatakan, dokter spesialis mata masih kurang.

Menurunkan buta katarak memang tidak mudah. Apalagi sulit mendata penderita katarak. Selain itu, kemungkinan besar pasti juga ada di daerah yang sulit dijangkau.

Seseorang, kata dia, harus punya kesadaran tinggi untuk kesehatan matanya. Tidak ada waktu khusus seharusnya buta katarak itu dioperasi. Kalau merasa tidak nyaman dengan penglihatan segera operasi. “Jangan menyerah pada nasib. Saya katarak, ya sudah deh, udah waktunya,” jelasnya Manfred.

Buta menurut WHO adalah buta 3/60. Artinya, orang normal bisa melihat sampai 60 meter suatu subjek, sementara penderita hanya tiga meter. Selanjutnya, ada yang disebut buta produktif dengan kategori 6/18. Selanjutnya, ada buta sosial yaitu 6/60. Inilah buta yang masuk kategori masalah sosial, karena ke tetangga saja harus diantar, sehingga minim bersosialisasi. “Semua kategori ini yang keluhannya tidak bisa dikoreksi dengan kacamata,” ucapnya. Sementara yang ditangani UPTD Balai Kesehatan Mata dan Olahraga Masyarakat (BKMOM) Kaltim secara gratis yang masuk kategori buta 3/60. Kurang dari itu tidak ditangani.

BUTA akibat katarak di Kaltim angkanya masih tinggi. Disebutkan, sedikitnya 0,87 persen dari jumlah penduduk Benua Etam masih menderita pengaburan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News