Katarak di Kaltim Masih Tinggi

Katarak di Kaltim Masih Tinggi
Katarak di Kaltim Masih Tinggi
BUTA akibat katarak di Kaltim angkanya masih tinggi. Disebutkan, sedikitnya 0,87 persen dari jumlah penduduk Benua Etam masih menderita pengaburan lensa mata ini. Kebutaan akibat katarak bukan sekadar menjadi masalah kesehatan masyarakat, tapi dikategorikan masalah sosial. Dokter spesialis mata, Manfred Himawan, mengatakan katarak memang penyakit yang umum untuk usia lanjut.

Dijelaskannya, mata normal punya lensa. Lensa ini dinutrisi cairan khusus yang diproduksi tubuh. Seiring bertambahnya usia produksi cairan yang menutrisi mata berkurang. “Jadi lensa pada mata jadi keruh dan menurunkan pandangan mata,” tutur dokter Rumah Sakit Islam Samarinda ini. Lensa yang keruh itulah yang diganti dengan lensa buatan untuk pasien penderita katarak.

Cara mencegah buta katarak dengan banyak mengonsumsi makanan bervitamin C, E, dan A. Juga menjaga pandangan langsung terpapar sinar ultraviolet. Jadi tidak salah jika sering menggunakan kaca mata hitam. “Tapi kacamata yang benar-benar melindungi dari sinar UV. Bukan sekedar gelap dan adem saja,” ujar Manfred.

Melalui operasi khusus, penderita katarak bisa melihat dengan normal. Cukup sekali penggantian lensa bisa digunakan selamanya, sehingga pasien tak operasi berulang kali. Meski begitu, biaya operasi buta katarak ini cukup merogoh kocek. Satu mata bisa dibanderol Rp 3,5 juta sampai Rp 9 juta untuk operasi.

BUTA akibat katarak di Kaltim angkanya masih tinggi. Disebutkan, sedikitnya 0,87 persen dari jumlah penduduk Benua Etam masih menderita pengaburan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News