Kawin Tangkap: Perempuan Menangis, Berteriak, Digotong Sejumlah Pria

Kawin Tangkap: Perempuan Menangis, Berteriak, Digotong Sejumlah Pria
Anggota DPR RI Ratu Ngadu Bonu Wulla Talu atau Ratu Wulla (ketiga kanan). Foto: Dok. JPNN.com

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan bahwa praktik kawin tangkap sebagaimana yang terjadi di Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Budaya atau tradisi tidak statis tetapi dinamis. Kasus kawin tangkap adalah praktik kekerasan dan pelecehan terhadap kaum perempuan dan anak. Jadi jangan sampai alasan tradisi budaya dipakai hanya sebagai kedok untuk melecehkan perempuan dan anak," katanya.

Menyusul laporan beberapa aktivis ke kepolisian mengenai praktik kawin tangkap di Sumba, Bintang meminta Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur menangkap para pelaku kawin tangkap.

Anggota Komisi IX DPR RI dari Daerah Pemilihan Sumba Ratu Ngadu Bonu Wulla mengaku prihatin praktik kawin tangkap sampai sekarang masih terjadi di Pulau Sumba.

Sebagai perempuan dia mengaku bisa merasakan kekhawatiran dan ketakutan yang menghantui perempuan-perempuan di Pulau Sumba akibat praktik yang dijalankan dengan mengatasnamakan budaya itu.

"Saya sebagai seorang perempuan dan juga berasal dari Sumba saya tidak setuju dengan budaya ini jika dipertahankan karena memang sangat berdampak buruk pada kaum perempuan di Sumba," katanya.

Politisi Partai Nasdem itu juga mengatakan bahwa praktik kawin tangkap telah membuat hak perempuan di Sumba terampas.

Sebagaimana Ratu Ngadu, Ketua DPRD Nusa Tenggara Timur Emilia Nomleni mengemukakan bahwa praktik kawin tangkap telah menimbulkan ketakutan bagi perempuan dan anak-anak perempuan di Sumba.

Video praktik kawin tangkap di Pulau Sumba NTT beredar di medsos, si perempuan menangis, meronta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News