Ke Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia-Malaysia (3-Habis)
Sakit pun Warga Sebatik Memilih Menyeberang ke Tawau
Jumat, 17 September 2010 – 08:08 WIB
"Kalau ditinggal mereka marah-marah. Kan kami tidak bisa ada di situ terus," katanya. "Ya, namanya juga kerja pelayanan," imbuhnya.
Jadi, mendapat omelan dan menjadi sasaran kemarahan pasien, sudah menjadi "makanan" dokter dan petugas medis sehari-hari. "Saya pernah dijemput warga yang rumahnya jauh, malam-malam, hanya untuk melihat keluarganya apakah sudah meninggal atau belum. Waktu saya nyatakan meninggal, saya nggak direken lagi. Akhirnya saya pulang jalan kaki," kenangnya lalu ngakak.
Dengan kekurangan tenaga medis dan minimnya sarana dan prasarana di sana, Rohmad mengakui bahwa banyak warga Sebatik yang lebih percaya pada pelayanan kesehatan di Hospital Besar Tawau, Malaysia. Menurut dokter yang berulang tahun setiap 2 Oktober itu mengatakan, warga Sebatik yang sakit parah lebih senang berobat ke rumah sakit Tawau.
Padahal, Rohmad mengaku pihaknya sudah berusaha maksimal untuk melayani masyarakat di sana. Bahkan, menurut dia, untuk emergency yang membutuhkan penanganan cepat dan akurat, tak jarang puskesmas di Pulau Sebatik memberikan rujukan kepada pasien ke rumah sakit Tawau.
Ketergantungan warga Pulau Sebatik pada Malaysia tidak hanya sebatas pada soal pemenuhan "perut" saja. Tapi warga di pulau perbatasan itu
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor