Ke Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia-Malaysia (3-Habis)

Sakit pun Warga Sebatik Memilih Menyeberang ke Tawau

Ke Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia-Malaysia (3-Habis)
Penduduk berdarah Indonesia yang menempati Kampung Sungai Melayu Malaysia, terpaksa harus mengibarkan bendera Malaysia. Foto : Thomas Kukuh/Jawa Pos
"Kalau ditinggal mereka marah-marah. Kan kami tidak bisa ada di situ terus," katanya. "Ya, namanya juga kerja pelayanan," imbuhnya.

Jadi, mendapat omelan dan menjadi sasaran kemarahan pasien, sudah menjadi "makanan" dokter dan petugas medis sehari-hari. "Saya pernah dijemput warga yang rumahnya jauh, malam-malam, hanya untuk melihat keluarganya apakah sudah meninggal atau belum. Waktu saya nyatakan meninggal, saya nggak direken lagi. Akhirnya saya pulang jalan kaki," kenangnya lalu ngakak.

Dengan kekurangan tenaga medis dan minimnya sarana dan prasarana di sana, Rohmad mengakui bahwa banyak warga Sebatik yang lebih percaya pada pelayanan kesehatan di Hospital Besar Tawau, Malaysia. Menurut dokter yang berulang tahun setiap 2 Oktober itu mengatakan, warga Sebatik yang sakit parah lebih senang berobat ke rumah sakit Tawau.

Padahal, Rohmad mengaku pihaknya sudah berusaha maksimal untuk melayani masyarakat di sana. Bahkan, menurut dia, untuk emergency yang membutuhkan penanganan cepat dan akurat, tak jarang puskesmas di Pulau Sebatik memberikan rujukan kepada pasien ke rumah sakit Tawau.

Ketergantungan warga Pulau Sebatik pada Malaysia tidak hanya sebatas pada soal pemenuhan "perut" saja. Tapi warga di pulau perbatasan itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News