Kebakaran Dua Tahun Lalu Bikin Penasaran Tamu

Kebakaran Dua Tahun Lalu Bikin Penasaran Tamu
Yohannes Resi (kanan) mendampingi salah seorang pengunjung mengelilingi Kampung Wologai. Foto: Thoriq S. Karim/Jawa Pos/JPNN.com

Di kompleks itu juga terdapat satu rumah khusus untuk orang sakit. Pasien mendapat perawatan sekaligus mencari ketenangan jiwa. Nah, ketika upacara adat berlangsung, warga yang sakit akan ditempatkan di rumah tersebut agar bisa tenang.

Sampai sekarang adat istiadat di kampung itu masih terjaga dengan baik. Bahkan, masyarakat Wologai yang sudah merantau ke kota masih wajib menaati aturan-aturan adat. Meski status sosial sudah tinggi, mereka tidak boleh melanggar aturan adat. Sebab, di kampung itu yang berkuasa adalah kepala adat.

Lalu, hukuman apa yang dikenakan bagi pelanggar aturan adat? Yohannes menjelaskan tata cara hukuman yang cukup unik. Misalnya, bila ada warga yang diketahui berjudi, mosalaki akan menyidangnya di depan warga. Dia akan didudukkan di lingkaran kayu. Setelah itu, ’’terdakwa’’ diganjar hukuman setimpal.

’’Dia diwajibkan mencari babi yang perutnya seukuran lingkaran itu,’’ ucapnya.

Bila diameter lingkaran hanya 50 cm, si pelanggar tidak akan mengalami kesulitan. Tapi, bila ukurannya 1,5 meter, dia akan sulit memenuhinya. Tapi, dia harus mencari sampai dapat. ’

’Selama belum bisa memenuhi hukuman itu, dia belum bisa bebas dari hukuman,’’ ujarnya.

Masih banyak lagi tradisi yang menarik di Wologai. Wajar jika Lonely Plannet menempatkan Pulau Flores (termasuk Kabupaten Ende), Nusa Tenggara Timur, sebagai satu di antara 10 destinasi wisata yang layak dikunjungi pada 2015. Bahkan, Flores merupakan satu-satunya tempat di Asia Tenggara yang mendapat penghargaan itu. (*/c9/ari)


Wologai, kampung adat di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini menarik perhatian turis. Selain keasliannya tetap terjaga, kampung di atas


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News