Kebijakan Ekonomi Tidak Tepat, Kesengsaraan Meningkat

Kebijakan Ekonomi Tidak Tepat, Kesengsaraan Meningkat
Kebijakan Ekonomi Tidak Tepat, Kesengsaraan Meningkat
JAKARTA - Sejak Indonesia keluar dari krisis ekonomi pada 2004, masyarakat berharap kehidupan yang lebih baik, sejahtera, dan maju tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain. Namun sayang, tingkat kesengsaraan masyarakat yang dihitung sebagai misery indeks kembali meningkat.

   

"Paket kebijakan yang diterapkan tidak tepat, sehingga ujung-ujungnya adalah tingkat penderitaan rakyat semakin dalam, terutama dalam satu tahun terakhir," ujar Direktur InterCAFE (International Center for Applied Finance and Economics), Iman Sugema kemarin. Menurut dia, konsisi itu terjadi karena tidak adanya stabilitas ekonomi sehingga inflasi tinggi, nilai tukar rupiah terpuruk dan cadangan devisa menukik tajam.

   

Berdasar catatannya, inflasi tahun 2005 sebesar 18,3 persen merupakan yang tertinggi sepanjang 10 tahun terakhir. Kemudian, bursa saham kolaps hingga 60 persen. Dan nilai tukar rupiah saat ini juga sudah menembus angka psikologis, Rp 12 ribu per dolar AS. Sementara intervensi Bank Indonesia menggunakan cadangan devisa harus terus dilakukan. "Akibatnya, cadangan devisa sudah tertelan di pasar valuta lebih dari USD 10 miliar," terangnya.

    

Mestinya, menurut Iman, situasi ini tidak terjadi mengingat modal yang dimiliki pemerintahan sekarang sangat bagus. Sayang krisis finansial global terjadi, dan pada triwulan keempat tahun 2008, Bank Indonesia sudah mencatat terjadinya penurunan kegiatan usaha. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan terjadi di kuartal pertama tahun ini. "Di triwulan pertama ini masih terasa. Pemutusan hubungan kerja secara massal makin dekat," cetusnya.

    

JAKARTA - Sejak Indonesia keluar dari krisis ekonomi pada 2004, masyarakat berharap kehidupan yang lebih baik, sejahtera, dan maju tidak kalah dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News