Kecerdasan Buatan Mendefinisikan Perempuan yang Cantik, tetapi Malah Memicu Masalah
"Ini lebih yang dipikirkan setiap pria ketika mereka tergila-gila dengan perempuan berkulit coklat," ujarnya.
“Seringkali, platform AI ini dibuat oleh para laki-laki, yang sebagian besar coding-nya dimasukkan ke dalam algoritma dari penggunaan internet yang terpaku pada penggunaan di negara Barat.”
Ia mengatakan orang-orang seringkali menyangka dirinya adalah orang Spanyol, Meksiko, Maroko, atau dari negara Amerika Latin.
"Mengapa berasumsi soal etnis saya? Apa manfaatnya dengan pertanyaan seperti itu?" katanya.
"Saya hanya memberi tahu latar belakang ras saya jika merasa itu relevan dengan percakapan."
Seperti kebanyakan perempuan Asia Selatan di Australia, ia mengubah penampilannya dengan mewarnai rambutnya menjadi pirang dan menjadikan kulitnya lebih cokelat dengan berjemur.
"Tapi kalau saya akan pergi ke India, saya gunakan krim pemutih," ujarnya.
Bahaya bias rasial dalam kecerdasan buatan
Para pakar dan aktivis memperingatkan kalau kumpulan data yang digunakan untuk melatih model AI bersifat bias.
Kecerdasan Buatan atau AI membuat gambar dari para perempuan yang dianggap cantik dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Pengguna AI dan Crypto Makin Meluas, Edukasi Jadi Fokus Utama PINTU
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Tantangan Pendidikan Tinggi di Era AI, Universitas Pancasila Siapkan Lulusan Unggul
- Prabowo Targetkan Indonesia Swasembada Pangan, Bagaimana Reaksi Australia?